Emil Salim mengatakan, ini membutuhkan upaya kolaborasi berbagai pihak baik di dalam negeri maupun global. Ia melihat tantangan ke depan yang harus disikapi dan direspons untuk resiliensi berkelanjutan terhadap fenomena perubahan iklim.
Salah satu tantangan yang dilihat, Emil menyebutkan adanya peningkatan suhu air laut akan menyebabkan banyaknya ikan atau biodiversitas laut bermigrasi ke suhu yang lebih dingin. “Hal ini paling berdampak pada kepulauan khatulistiwa,” katanya.
Situasi ini perlu disikapi dengan pendekatan holistik karena perubahan iklim, bencana dan pembangunan berkelanjutan sangat berkaitan satu sama lain, misalnya pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk pengembangan atau inovasi sains-teknologi.
Emil mencontohkan kenaikan air laut dapat dimanfaatkan melalui desilinasi air laut. Ini bertujuan untuk mengubah air laut menjadi air tawar. Situasi ini sebagai solusi ketika curah hujan tidak dapat memenuhi kebutuhan air.
“Kita dapat memanipulasi genetik seperti tanaman padi sebagai jawaban dari perubahan iklim yang terjadi,” ujar dia.