IDXChannel - Kementerian Perindustrian menegaskan komitmennya untuk terus mendorong transisi energi dan dekarbonisasi sektor industri nasional sebagai bagian dari upaya menuju Net Zero Emission (NZE) sektor industri pada tahun 2050.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, dalam sambutannya pada kegiatan 5th Australia - Indonesia Energy Transition Dialogue.
Sebuah forum diskusi yang mempertemukan para pemangku kepentingan dari kalangan pemerintah, pelaku usaha, akademisi, hingga masyarakat sipil dari Indonesia dan Australia.
“Dialog ini berlangsung pada momentum yang sangat krusial. Dorongan global menuju netralitas karbon, urgensi krisis iklim, dan potensi transformasional teknologi hijau telah menyatu. Bagi Indonesia, transisi energi bukan hanya sebuah keharusan lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi,” kata Wamenperin di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Pada kuartal-I 2025, sektor industri memberikan kontribusi sebesar 17,5 persen terhadap PDB Indonesia, dengan mencatatkan laju pertumbuhan industri sebesar 4,31 persen. Di sisk lain, lebih dari 40 persen konsumsi energi nasional berasal dari sektor industri, menjadikannya sebagai sektor kunci dalam upaya transisi energi nasional.
“Transisi menuju model rendah karbon sangat penting untuk mencapai target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat, dan target NZE sektor industri tahun 2050, sambil tetap menjaga daya saing, ketahanan, dan pertumbuhan yang inklusif,” ujarnya.
Kemenperin mencanangkan berbagai strategi dalam mendukung transisi energi di antaranya implementasi efisiensi energi di sektor industri melalui audit energi dan penerapan sistem manajemen energi, pengembangan Standar Industri Hijau dan Sertifikasi Industri Hijau, penyusunan Roadmap Dekarbonisasi Industri.
Faisol mengatakan, upaya ini merupakan bagian dari strategi transformasi industri hijau yang menyeluruh dan terus dikembangkan berdasarkan data, dialog, dan masukan dari pemangku kepentingan lainnya.
“Dialog ini bukan sekadar forum pertemuan, melainkan sebuah jembatan antara Indonesia dan Australia. Jembatan antara kebijakan dan implementasi, juga jembatan antara praktik industri saat ini dan ekonomi hijau masa depan,” katanya.
Ia menambahkan, dialog transisi energi antara Indonesia dan Australia bukan hanya menjadi ruang diskusi, tetapi juga jembatan antara kebijakan dan implementasi, serta antara praktik industri saat ini dengan ekonomi hijau masa depan.
Wamenperin mengajak seluruh peserta untuk mempercepat investasi hijau dalam infrastruktur industri, seperti teknologi pemanas bersih, mesin hemat energi, sistem manajemen karbon, serta kerja sama lintas negara dalam inovasi dan alih teknologi.
“Kita perlu mendorong kebijakan yang mendukung seperti insentif fiskal, mekanisme harga karbon, serta standar pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan,” tambahnya.
Faisol menegaskan, Kemenperin terus memperkuat kolaborasi dengan mitra Australia, sektor swasta, dan kementerian/lembaga lain untuk memastikan sektor industri Indonesia mampu beradaptasi sekaligus unggul dalam era energi bersih.
“Mari jadikan dialog ini sebagai momen refleksi, keberanian, dan aksi kolektif. Saya berharap dua hari ke depan penuh dengan diskusi yang produktif dan inspiratif,” pungkasnya.