Halaman Facebook Neta di Thailand mengunggah sebuah pernyataan pada 12 Juni 2025 lalu, yang menegaskan bahwa restrukturisasi tersebut merupakan upaya pemulihan yang dipimpin pemerintah di bawah pengawasan pengadilan.
Perusahaan menguraikan rencana untuk menarik investor strategis, merombak manajemen, dan memulai kembali produksi, penelitian dan pengembangan, serta ekspansi internasional.
Namun, seorang pemasok di Thailand meragukan pernyataan tersebut dengan mengklaim bahwa pekerja lokal telah diberhentikan pada akhir Mei 2025. Sejumlah dealer dan pemasok juga mengalami kerugian besar akibat masalah finansial yang dihadapi Neta.
Kabarnya, beban keuangan Hozon cukup besar, dengan utang yang mencapai hampir 10 miliar yuan (sekitar Rp22,7 triliunan). Upaya sebelumnya untuk mengubah utang menjadi ekuitas dan mengamankan pendanaan baru hanya menunjukkan sedikit kemajuan.
Di tengah keuangan Neta yang bermasalah, laporan terpisah dari Bangkok Post mengindikasikan bahwa produsen mobil China itu mungkin harus membayar kembali subsidi jika mereka gagal mematuhi ketentuan subsidi, seperti dikatakan wakil menteri keuangan Thailand Paopoom Rojanasakul.
(Febrina Ratna Iskana)