Ketiga, bersikap objektif, jangan sampai karena kesamaan atau perbedaan pandangan membuat kita menjadi subjektif dan mempercayai informasi begitu saja.
Keempat, mempertimbangkan konsekuensi dan risiko, harus perhatikan bahwa read before sharing, caring before sharing.
“Perhatikan peduli sebelum kalian menyebarkan sesuatu. Karena ketika kita sebar (informasi) itu, dan yang kita sebar adalah ibadah namimah (mengadu domba), yang dalam bahasa sekarang disebur hoaks iu sama aja dosanya seperti memakan bangkai saudara kita sendiri. (Kesadaran) itu yang harus dibangun,"terangnya.
Kelima, interdisciplinary, belajar banyak hal-hal yang lain di luar spesial disiplin ilmu kita agar tidak tertipu dan terhindar dari hoaks.
"Problem kita (hoaks) terdapat pada alqur’an yang berbunyi: Ø¥ÙÙ† جَاءكÙمْ ÙَاسÙÙ‚ÙŒ بÙنَبَأ٠ÙَتَبَيَّنÙوا , bila ada informasi yang masih diragukan maka perlu bagi kita atau kamu sekalian bertabayyun, cross-check, check and recheck. Tidak semua (informasi) ditelan bulat-bulat,”ujarnya. (TIA)