Padahal, Bahlil memaparkan dengan dilakukan hilirisasi, Indonesia surplus neraca perdagangan sampai dengan 25 bulan berturut-turut. Begitupun dengan neraca pembayaran Indonesia yang juga mengalami perbaikan dan surplus.
"Jadi sangatlah tidak rasional, bahkan saya mempertanyakan data IMF ini untuk kemudian mengatakan bahwa mengurangi pendapatan negara," ujarnya.
Bahlil juga membantah kebijakan larangan ekspor nikel akan merugikan negara lain. Bahlil memgakatan bahwa Indonesia sudah berada di jalan yang benar.
Meski demikian, Bahlil mengaku tetap menghargai pandangan IMF, namun Indonesia tidak akan terpengaruh oleh pandengan tersebut.
"Ketika ada satu pemikiran-pikiran yang lahir dari mereka (IMF) yang menurut pandangan kita tidak objektif dan tidak tahu tentang tujuan arah negara, yang tahu tujuan negara kita adalah kita sendiri Pemerintah Indonesia dan rakyat Indonesia, bukan negara lain," pungkasnya.
(FRI)