Kemudian terkait penjualan BBM di 10 SPBU berdasarkan koordinasi dengan Hiswana Migas rata-rata mengalami penurunan, mengingat mobilitas warga dan kendaraan menurun, rata-rata penurunan juga terjadi di beberapa restoran dan hotel.
"Kesimpulan kami, traffic customer tidak semata-mata akibat dampak ganjil genap tetapi juga dipengaruhi gajian karyawan. Untuk swasta rata-rata gajian di akhir bulan, sekitar 25-28 setiap bulan untuk memenuhi belanja bulanan. Dari ritel tidak terlalu mempermasalahkan ganjil genap karena yang pertama ritel memiliki semacam prime time pengunjung, kedua tergantung sistem gajian bulanan. Berbeda dengan rumah makan, cafe dan resto yang tidak ingin ganjil genap," beber Ganjar.
Di sektor wisata, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor, Atep Budiman, menerangkan okupansi hotel, objek wisata dan omzet. Berdasarkan perbandingan data, di awal ada penurunan seiring tren dari tahun ke tahun di awal tahun yang memang rendah.
"Tapi ada peningkatan di saat kebijakan ganjil genap di periode akhir bulan Februari 2021 sebesar 54,87 persen. Kemudian awal Maret 2021 sudah ada peningkatan kembali 57,08 persen," kata Atep.
Pada objek wisata, di awal penerapan ganjil genap penurunan wisatawan ada di kisaran 30-60 persen, di akhir Februari penurunannya meningkat 20 persen sampai ke maksimal angka kisaran 80 persen. Saat relaksasi, di pekan pertama angka menunjukkan adanya peningkatan sebesar 14 persen.