“Capex atau investasi di 2023 mencapai Rp3,91 triliun, aset Rp143 triliun, dan EBITDA Rp14,58 triliun,” paparnya.
Kendati mampu membukukan keuangan yang baik, Rahmad mengaku, selama tiga tahun terakhir atau periode 2020-2023, perusahaan dihadapkan pada berbagai tantangan atau fluktuasi yang signifikan.
Di mana, ada kejadian-kejadian di luar internal perusahaan yang mengakibatkan harga komoditas pupuk mengalami fluktuatif yang sedemikian hebat. Sehingga, dinamika eksternal itu bisa memengaruhi laporan keuangan perseroan.
“Kalau dilihat sepanjang 2020-2023, memang terjadi fluktuasi yang cukup signifikan, utamanya karena ada beberapa eksternal event, kejadian-kejadian di luar pupuk yang mengakibatkan harga komoditas itu fluktuatif sedemikian hebat, sehingga itu memengaruhi dari laporan keuangan yang berfluktuasi,” bebernya.
“Tapi dapat kami sampaikan tren selama 5 tahun ini selalu meningkat, meskipun di 3 tahun terakhir itu berfluktuasi,” lanjut Rahmad.
Hal yang membanggakan lain di 2023, sambungnya, ketika komoditas utama produksi Pupuk Indonesia, yaitu urea dan amonia turun signifikan, ternyata ranking perusahaan secara global justru naik. Pada 2022, rankingnya di 9 besar dan naik di posisi 6 besar.
(FAY)