Jokowi membeberkan beberapa waktu lalu China meminta beras 2,5 juta ton. Begitu juga dengan Arab Saudi yang meminta 110 ton beras. Namun untuk saat ini, pemerintah belum berani menyediakan dan dilakukan penghentian.
Dia berharap jika produksi beras tinggi karena banyak pengusaha terjun ke industri pangan, bisa menambah ekspor Indonesia.
Selain itu, dia mendorong industri pangan untuk subtitusi impor. Perang membuat terganggunya rantai pasok sehingga mau tidak mau Indonesia tidak bisa selalu bergantung pada bahan impor.
"Yang masih impor apa? gandum, 11 juta ton. Di Indonesia enggak bisa menanam gandum, enggak bisa. Ya, campurannya gandum, gandum bisa dicampur cassava, sagu, dan lainnya. Jadi saya mengajak Kadin NTT, tanam sorgum, NTT tuh tempatnya sorgum," tegas Jokowi.
Selain itu, Jokowi juga menunggu Kadin untuk membuka peluang industri pangan lainnya seperti jagung karena permintaannya yang tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri.