sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Empat Provinsi di Pulau Jawa Masuk Kategori UMP Rendah

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
22/11/2023 15:14 WIB
Sejumlah pemerintah daerah telah mengumumkan terkait upah minimun provinsi (UMP) menjelang 2024.
Empat Provinsi di Pulau Jawa Masuk Kategori UMP Rendah. (Foto: MNC Media)
Empat Provinsi di Pulau Jawa Masuk Kategori UMP Rendah. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Sejumlah pemerintah daerah telah mengumumkan terkait upah minimum provinsi (UMP) menjelang 2024. Dari 30 provinsi yang sudah mengumumkan kenaikan UMP 2024, keempat provinsi di pulau Jawa masih memiliki nilai UMP di bawah Rp2,5 juta.

Provinsi tersebut di antaranya DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Jawa Tengah yang masuk ke dalam jajaran provinsi dengan nilai UMP terendah di tahun depan.

Pertama, Jawa Timur menduduki peringkat pertama UMP terendah di pulau Jawa. UMP Jawa Timur ditetapkan naik sebesar 6,13 persen atau sebesar Rp125.000. Artinya, UMP Jatim 2024 menjadi Rp2.165.244,30, yang sebelumnya tahun 2023 sebesar Rp 2.040.244,30. 

Di urutan kedua, DI Yogyakarta menjadi provinsi dengan upah minimun terendah. Tidak kaget, mengingat Yogyakarta selama ini menjadi sorotan warganet karena upah yang dianggap terlalu rendah. (Lihat grafik di bawah ini.)

Jawa Barat dan Jawa Tengah juga masuk dalam jajaran kota dengan nilai UMP rendah masing-masing hanya mencapai Rp2.057.495 dan Rp2.036.947.

Nilai UMP empat provinsi di pulau Jawa ini terasa ironis di tengah pertumbuhan ekonomi pulau Jawa yang kuat.

Diketahui pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah ketidakpastian kondisi perekonomian global. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III 2023 sebesar 4,94 persen yoy. Angka ini melambat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 5,17 persen yoy.

Menurut Bank Indonesia (BI), ke depan pertumbuhan ekonomi akan didukung oleh permintaan domestik, baik konsumsi swasta dan pemerintah, maupun investasi. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap pada kisaran 4,5-5,3 persen.

Menurut BPS, secara spasial, perekonomian Indonesia pada periode tersebut di hampir seluruh provinsi mengalami pertumbuhan yang melambat. Meski demikian, provinsi di Pulau Jawa menjadi penyumbang perekonomian terbesar dengan kontribusi sebesar 57,12 persen dan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,83 persen yoy.

Dibayangi Inflasi Tinggi

Meski angka pertumbuhan ekonomi tinggi, tantangan inflasi di sejumlah provinsi ini tak bisa diabaikan begitu saja.

Jika menengok kondisi inflasi di Yogyakarta, daerah istimewa ini masih mencatatkan inflasi tinggi. Pada Oktober 2023 terjadi inflasi sebesar 3,44 persen yoy dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 118,39.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, seperti kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 6,97 persen. Penyumbang lainnya yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,33 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,66 persen.

Di Jawa Timur, inflasi gabungan delapan kota di wilayah ini sepanjang Oktober 2023 mencapai angka 3,25 persen. Tingkat inflasi month to month (m-to-m) gabungan 8 kota di Jawa Timur pada bulan yang sama sebesar 0,27 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,89.

Beralih ke Jawa Barat, pada Oktober 2023, inflasi tahunan gabungan tujuh kota di negeri Pariangan ini sebesar 2,58 persen yoy dengan IHK sebesar 117,10. 

Menurut Ketua Tim Statistik Distribusi BPS Jabar Dudung Supriyadi, inflasi yoy tertinggi terjadi di Kota Cirebon sebesar 3,20 persen dan terendah terjadi di Kota Bandung sebesar 2,27 persen.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,25 persen, serta kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,13 persen.

Terakhir, inflasi gabungan kota di provinsi Jawa Tengah secara tahunan tercatat sebesar 2,81 persen yoy. Berdasarkan IHK dari gabungan 6 kota, tingkat inflasi di Jawa Tengah sepanjang Januari hingga Oktober 2023 berada di angka 2,17 persen.

Statistisi Ahli Madya BPS Jawa Tengah, Arjuliwondo menyampaikan, sejumlah komoditas memberikan andil tertinggi pada inflasi.

“Lima komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni bensin dengan andil 0,066 persen. Disusul cabai merah 0,0453 persen, beras 0,0445 persen, cabai rawit 0,0393 persen, dan gula pasir 0,0131 persen,” ujarnya dalam rilis secara daring, Rabu(1/11/2023). (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement