Menurutnya, kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi saat ini datang dari sektor tersier. Sementara sektor jasa lainnya tumbuh 11,3 persen, jasa perusahaan 9,3 persen, dan transportasi serta pergudangan 8,5 persen.
Shinta menerangkan, pola ini juga tercermin dari arus investasi. Investasi asing langsung (FDI) masih terkonsentrasi pada mesin dan peralatan dengan porsi 28,8 persen, diikuti sektor pertambangan sebesar 10 persen.
Menurut dia, hal tersebut menandakan fokus yang kuat pada industri berbasis sumber daya dan rantai pasok industri berat.
"Kalau kita lihat dari segi manufaktur nonmigas, polanya juga konsisten. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada mesin dan peralatan serta logam. Sementara sektor padat karya seperti tekstil hanya tumbuh 4,3 persen, dan furnitur bahkan mengalami kontraksi," kata dia.