"Sebelumnya terdapat kita punya sekitar 195 ribu pengrajin tahu tempe skala rumahan. Tapi sekarang realitanya ada sekitar 20 persen atau 30 ribu pengrajin berhenti produksi akibat fluktuasi harga kedelai yang tinggi. Mereka yang berhenti produksi umumnya yang menggunakan kedelai sekitar 10 sampi 20 kg per hari," bebernya.
Aip mengungkapkan, para pengrajin yang mampu bertahan di situasi seperti ini adalah pengrajin skala besar. Artinya, dalam memproduksi tahu tempe, mereka mampu mengolah kedelai dengan berat 100 kg per hari.
Diterangkan dia, para pengrajin skala besar itu mau tidak mau mengambil strategi agar tetap untung, yakni dengan mengurangi ukuran tahu tempe dari biasanya.
"Itu yang membuat mereka akhirnya tidak bisa berusaha terus menerus. Kalau yang jumlahnya di atas 100 kilo atau lebih besar itu bisa dikurang-kurangi produksinya dan kadang-kadang juga ukurannya dikurangi untuk mencegah ini," ucap Aip.
(SANDY)