sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kemenkes: Penyebab Gagal Ginjal Akut Masih Misterius

Economics editor Muhammad Sukardi
14/10/2022 20:01 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ungkap penyebab gagal ginjal akut pada anak masih misterius.
Kemenkes: Penyebab Gagal Ginjal Akut Masih Misterius (Dok.MNC)
Kemenkes: Penyebab Gagal Ginjal Akut Masih Misterius (Dok.MNC)

IDXChannel - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat menyatakan bahwa di pekan ini hasil investigasi penyebab gangguan ginjal akut pada anak bakal dirilis. Namun, hingga saat ini hasil investigasi belum rampung.

"Butuh waktu untuk bisa menilai etiologi atau penyebab suatu penyakit yang tidak pernah terjadi sebelumnya seperti gangguan ginjal akut ini. Kami masih melakukan investigasi," papar Plt Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes Yanti Herman dalam konpres virtual, Jumat (14/10/2022).

Yanti melanjutkan, hingga sekarang hasil analisis metagenomik untuk gangguan ginjal akut ini belum selesai. Dengan begitu artinya penyebab penyakit masih misterius.

Namun, Kemenkes tidak 'duduk manis' begitu saja. Beberapa upaya lanjutan juga dilakukan untuk segera menemukan penyebab penyakit. Misalnya memastikan bahwa tata laksana di rumah sakit harus komprehensif untuk mengerucutkan masalah hingga diketahui penyebabnya.

Jadi, saat pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi sedikit buang air kecil atau tidak sama sekali, maka pasien bakal menjalani pemeriksaan fungsi ginjal (ureum, kreatinin). Apabila hasil fungsi ginjal menunjukkan adanya peningkatan, dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis, evaluasi kemungkinan etiologi dan komplikasinya.

Tak hanya itu, dilakukan juga monitoring kondisi pasien meliputi volume balans cairan dan diuresis selama perawatan, kesadaran, napas Kusmaull, tekanan darah, serta pemeriksaan kreatinin serial per 12 jam.

Yanti melanjutkan, pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas dialisis anak bila didapatkan kriteria AKI mulai stadium 1 sesuai Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO). Karena itu, rs harus mempersiapkan sarana dan prasarana yaitu perlengkapan monitoring pasien serta ruangan intensif berupa HCU atau PICU sesuai indikasi.

"Kami meminta kepada rumah sakit untuk meningkatkan kewaspadaan dini dengan deteksi dini terhadap kasus anak yang mengalami gejala penurunan jumlah urin, dilanjutkan dengan menegakkan diagnosis serta melakukan pemeriksaan laboratorium," ungkap Yanti.

Di sisi lain, Kemenkes memastikan bahwa perkembangan kasus gangguan ginjal akut ini akan terus di-update setiap harinya ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). Selain itu, Kemenkes juga coba terus berdialog dengan para ahli untuk mencari tahu etiologi penyakit ini.

"Kami terus melakukan koordinasi dengan lembaga ahli maupun ahli yang mungkin bisa membantu menemukan penyebab penyakit misterius ini," tambah Yanti. 

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement