Sebelum adanya aturan tersebut, lanjutnya, pengembangan industri keramik sangat berat dan tidak dapat melakukan investasi.
Namun, dengan adanya HGBT, perusahaannya dapat melakukan inovasi-inovasi dan efisiensi energi dengan menggunakan mesin yang hemat energi.
"Kami juga mendukung program pemerintah yaitu efisiensi energi melalui penggunaan PLTS sebesar 8,4 MWp dan merupakan pengguna untuk pabrik keramik terbesar di Indonesia. Selain itu, penggunaan teknologi heat recovery di mesin produksi dengan penghematan minimal 10 persen, serta investasi yang dilakukan di mesin produksi yaitu kiln dan horizontal drier dengan teknologi terkini untuk efisiensi penggunaan energi gas minimal 15 persen," kata Liem.
Direktur Asahimas Teguh Ari Widodo juga mengatakan bahwa dukungan insentif harga gas itu sangat membantu, apalagi ketika kondisi pandemi COVID-19.
"Kami mendapatkan HGBT di tengah kondisi pandemi dan ekonomi lesu. Support pemerintah ini sangat berarti bagi kami dan saat ini seiring pandemi mulai mereda, kondisi penjualan kaca mulai membaik," katanya.
Asahimas mengharapkan insentif dapat berkelanjutan karena di tengah kompetisi global, biaya energi juga perlu mendapat dukungan pemerintah.
Perusahaan tersebut juga berencana melakukan investasi baru pada 2024 . Investasi itu diharapkan mampu mendongkrak kapasitas produksi. Di sisi lain, dia berharap pemerintah menjamin kestabilan pasokan gasnya.
(FRI)