"Secara total kapasitas (sampah) yang kita kelola sekarang per minggu bisa sekitar 300-kilogram. Dari situ kita pilah-pilah lagi. Yang bisa kita daur ulang, ya kita proses. Baru residunya, yang sudah tidak bisa diolah lagi, kita buang lagi ke Galuga," papar Asih.
Dari volume sampah sebanyak itu, Asih menjelaskan, Bank Sampah Asri Mandiri secara rata-rata bisa meraup omzet minimal sekitar Rp2 juta per bulan. Dari dana tersebut, minimal sebesar 20 persen akan dihitung sebagai pemasukan pengurus untuk membiayai kinerja operasional bank sampah.
Baru sekitar 80 sisanya akan dibayarkan kembali ke nasabah sebagai keuntungan yang terkumpul di tabungan masing-masing, baik dalam bentuk tabungan biasa, tabungan emas, maupun tabungan sedekah yang akan disetorkan ke pihak DKM.
Dengan demikian, Asih berharap tidak ada lagi alasan bagi masyarakat untuk tidak ikut mendukung gerakan bank sampah ini. Dengan begitu, secara tidak langsung Bank Sampah Asri Mandiri turut berperan dalam menjaga lingkungan, sekaligus juga meningkatkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, lanjut Asih, dengan kinerja yang sudah berjalan dengan demikian baik ini, Bank Sampah Asri Mandiri diharapkan juga dapat turut berkiprah dalam mendukung kampanye global 'utopian zero waste', yang selama ini diusung oleh komunitas pedulu lingkungan di level internasional.