Kemudian, penyaluran kredit oleh kelompok BPD dan Bank BUMN masih konsisten mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,68% (yoy) dan 1,45% (yoy) yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit masih didorong dari daerah dan beberapa penyelesaian proyek pemerintah.
“Selain itu, sinyal pemulihan mulai terlihat dari meningkatnya external demand yang mendorong pertumbuhan kredit ekspor sebesar 11,93% (yoy),” pungkasnya.
Sementara itu, di tengah kinerja sektor riil yang tertekan, sebagian masyarakat cenderung menempatkan ekses dananya di perbankan dan sebagian lainnya menginvestasikan ekses dananya di pasar modal.
“Imbasnya, DPK tumbuh tinggi (10,57%) termasuk bagi nasabah korporasi, lantaran belum pulihnya perekonomian ke titik semula mengakibatkan nasabah korporasi menahan laju ekspansi usahanya (kredit korporasi turun 3,2%),” tandas Wimboh.
Dengan kondisi seperti itu, korporasi besar masih mampu menggunakan dana dari kapasitas internalnya (self financing) untuk melakukan aktivitas bisnisnya ketimbang menggunakan kredit sebagaimana di masa pra-pandemi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan kredit korporasi yang terkontraksi paling dalam (korporasi -3,2%, UMKM -1,7%, konsumsi -1%).
(SANDY)