Menurutnya, dengan kolaborasi yang apik dengan berbagai pihak dan ditopang oleh transformasi digital yang terus dilakukan perusahaan, hingga kuartal II tahun 2022 ini Bank membukukan laba bersih sebesar Rp 26,6 miliar atau naik 44% dari laba semester pertama tahun sebelumnya sebesar Rp18,5 miliar.
Peningkatan laba tak lepas dari peningkatan pendapatan bunga bersih, termasuk di dalamnya penurunan beban bunga. Kondisi ekonomi yang semakin membaik memungkinkan Bank untuk melepaskan dana mahal, sehingga rasio dana murah (CASA ratio) meningkat menjadi 26% dari 18% pada satu tahun sebelumnya, pengelolaan likuiditas pun lebih efisien dengan rasio pinjaman terhadap DPK (Loans to Deposits Ratio) 87%, dibandingkan dengan 76% pada satu tahun sebelumnya.
Raihan positif tersebut, diperoleh tanpa mengabaikan praktik perbankan yang hati-hati (prudent). Dengan pengelolaan yang baik, rasio kredit bermasalah (NPL/ non-performing loan) pada akhir Juni 2022 dijaga sebesar 2,6%, atau lebih baik dari dibandingkan rata-rata industri perbankan yang tercatat sebesar 3,0% pada akhir Maret 2022. Pada semester pertama tahun 2022 ini pula, Bank Sampoerna membukukan beban penyisihan penurunan nilai sebesar Rp 186 miliar atau meningkat 71% dibandingkan beban yang dibukukan pada periode yang sama tahun 2021.
Dengan demikian, Bank Sampoerna memiliki fundamental kualitas kredit yang lebih baik dengan rasio penyisihan piutang tak tertagih terhadap total piutang tak tertagih (rasio CKPN terhadap NPL) mencapai 140%.
Disampaikan Henky bahwa kolaborasi merupakan kunci untuk mendukung UMKM yang berjumlah puluhan juta, memiliki ragam karakteristik dan tersebar luas secara geografis.