IDXChannel - Pengamat otomotif sekaligus Peneliti LPEM UI Riyanto membeberkan dampak negatif jika insentif fiskal kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) terus dilanjutkan. Ia menilai kebijakan itu berpotensi menggerus kinerja industri otomotif dalam negeri.
Riyanto menjelaskan dampak ekonomi kebijakan insentif impor mobil listrik ini hanya terasa dari sisi perdagangan saja. Kebijakan itu tidak memberikan multiplier effect yang lebih tinggi.
“Utilisasi pabrik di dalam negeri bisa tertekan karena tidak terserap optimal. Target produksi monil listrik sebesar 400 ribu unit juga bisa tidak tercapai,” kata Riyanto dalam diskusi di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Selain itu, lanjut Riyanto, insentif impor berisiko menimbulkan ketidakadilan bagi investor yang telah menanam modal di Indonesia. Hal ini bisa merusak kredibilitas kebijakan pemerintah.
“Kalau diperpanjang, mereka pasti merasa tidak fair. Sudah investasi, tapi insentif masih diberikan ke produk impor. Itu tidak konsisten, bahkan menyangkut kredibilitas kebijakan,” ucapnya.