1. Muhammad Lukminto
Lukminto lahir di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur pada 1 Juni 1946. Dia berdagang kain di Pasar Klewer Solo di usia 20 tahun. Pada 1968, dia memutuskan untuk mengembangkan usahanya memproduksi kain sendiri di Sukoharjo dengan nama UD Rejeki Isman. Sepuluh tahun kemudian, usaha milik pria yang dekat dengan Orde Baru ini naik kelas dan secara resmi berbentuk perseroan terbatas (PT).
Pada 1992, perusahaannya semakin besar dan terintegrasi. Pada 1994, Sritex mulai memasok seragam militer ke NATO dan tentara Jerman. Selamat dari krisis 1998, Sritex terus berkembang dan menjadi perusahaan raksasa tekstil di Indonesia. Pada 2012 atau setahun sebelum IPO dengan kode SRIL, Sritex membukukan pendapatan Rp3,3 triliun dengan laba bersih Rp229 miliar.
Pada 2014, Direktur Utama Sritex itu berpulang di RS Mount Elizabeth Singapura. Selain karakternya yang dikenal ulet dan setia kawan, kesuksesan pria yang akrab dipanggil Pak Luk ini juga tak lepas dari dukungan Susyana Lukminto, yang menyusul suaminya pada 2022.
Selepas ayahnya wafat, Iwan yang merupakan anak kedua dipercaya untuk memimpin Sritex. Dia mengenyam pendidikan sarjana dari Suffolk University, AS pada 1997. Lulus S1, Iwan Kurniawan menjadi Asisten Direktur selama setahun. Pada 1999-2013, dia mendamping sang ayah menjadi Wakil Direktur Utama Sritex.
Pengalamannya di perusahaan tersebut cukup panjang hingga akhirnya dipercaya menjadi Dirut Sritex selepas Pak Luk meninggal dunia. Di tangan Iwan, Sritex terus membesar hingga kinerja perusahaan turun pada 2021 dan melepas posisinya kepada adiknya, Iwan Kurniawan.