Jika itu terjadi, kata Doddy, inflasi berpotensi meningkat karena banyak barang di Indonesia masih bergantung pada impor. Ia memperkirakan setiap 10 persen depresiasi rupiah dapat mendorong inflasi naik sekitar 1,5 persen.
Untuk mengatasi situasi ini, Doddy menilai langkah pemerintah mengumpulkan para ekonom dan pelaku pasar modal untuk memberikan penjelasan sebenarnya sudah tepat. Namun, ia menekankan pentingnya sinyal kebijakan yang jelas dan konsisten.
Menurutnya, kebijakan Prabowo terkait efisiensi anggaran yang kemudian ada alokasi dana ke sektor lain telah membuat pasar bingung. Beberapa kebijakan, seperti rencana holding bank, juga menuai kritik karena berisiko sistemik.
"Nah itu perlu diklarifikasi bagaimana cara meng-adress karena ini sifatnya ini banyak sekali trigger pelemahan kita. Dari dalam pelemahannya, rupiah ini banyak di trigger isu-isu lokal," kata Doddy.
Dia pun menyarankan agar pemerintah lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian. Jika sebuah kebijakan tidak bisa dijelaskan dengan baik dan tidak meyakinkan pasar, sebaiknya tidak dijalankan agar tidak menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
(Febrina Ratna Iskana)