Karenanya, muncul kemudian perbandingan bahwa meski EV diketahui menggunakan tenaga listrik, namun keberadaan listrik di Indonesia sebagian besar justru dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), yang notabene masih menggunakan bahan bakar fosil, yaitu batu bara.
"Padahal (penetapan) kebijakan (mendongkrak penjualan EV) itu ada dua pertimbangan utama, yaitu meningkatkan nilai tambah di bidang mineral, dan satu lagi soal menekan impor (BBM). Jadi goals-nya ada banyak. Bukan cuma soal konsumsi bahan bakarnya saja," tutur Fabby.
Bauran Energi
Kalau pun saat ini produksi listrik Indonesia masih disuplai dari PLTU yang notabene sangat bergantung pada konsumsi batu bara, Fabby menilai bahwa hal tersebut merupakan kondisi faktual yang tidak bisa dihindari.
Namun, sebagai solusi dari kondisi demikian, pemerintah pun telah mengatur secara ketat terkait bauran energi, yang dapat secara bertahap menekan volume batu bara yang digunakan di setiap PLTU.
Misalnya saja, sebagai contoh, adalah Program Co-Firing yang telah dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dengan meningkatkan penggunaan biomassa sebagai substitusi atas konsumsi batu bara di 40 PLTU miliknya.