sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Tawarkan Peluang Bisnis, Bangladesh Undang Pebisnis Indonesia

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
17/07/2023 19:04 WIB
Menteri Luar Negeri Bangladesh Dr. AK Abdul Momen mengikuti forum ASEAN di Jakarta pekan lalu.
Tawarkan Peluang Bisnis, Bangladesh Undang Pebisnis Indonesia. (Foto: MNC Media)
Tawarkan Peluang Bisnis, Bangladesh Undang Pebisnis Indonesia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Menteri Luar Negeri Bangladesh Dr. AK Abdul Momen mengikuti forum ASEAN di Jakarta pekan lalu. Dia berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Tim IDX Channel pada Sabtu (5/7/2023).

Menlu Momen membahas berbagai isu, termasuk pencapaian ekonomi negaranya serta peluang perdagangan dan investasi dengan Indonesia.

Berikut wawancara Tim IDXChannel dengan sang Menlu:

IDX Channel: Apa agenda utama Anda dalam pertemuan ASEAN ini?  Bagaimana Anda melihat hubungan antara Bangladesh dan ASEAN?

Menlu Momen: Ini bukan agenda saya tapi agenda ASEAN yakni mengembangkan lebih banyak kerja sama dan kemitraan regional.  Menurut kami, kegiatan ini adalah kesempatan bagi kami untuk menyampaikan kekhawatiran dan pandangan kami.

Kami mengatakan bahwa saat ini ekonomi Bangladesh berjalan sangat baik.  Pertumbuhan PDB kita adalah salah satu yang tertinggi di dunia.  Selama satu dekade terakhir, tingkat pertumbuhan PDB rata-rata adalah 6,8%.  PDB kita meningkat dari USD90 miliar menjadi USD465 miliar. Bukan hanya pertumbuhan PDB.  Kami juga sangat baik di semua indikator sosial ekonomi.  Kami mengurangi kemiskinan lebih dari setengah dari 42% menjadi 18,7% dan kemiskinan ekstrim dari 25% menjadi 5,6%.  Kami meningkatkan ekspor kami dari USD10 miliar menjadi USD60 miliar dan terus meningkat.  Angka kematian ibu dan angka kematian bayi berkurang secara dramatis.  Dan sebagai hasilnya, rata-rata usia penduduk kami meningkat dari 59 tahun menjadi 73 tahun lebih.  

Jadi ini adalah prestasi yang bagus.  Ekonomi kami menjadi ekonomi besar. Saat negara berjalan dengan baik,  lebih banyak peluang muncul.  Sudah saatnya negara-negara lain menjadi bagian dari prakarsa pembangunan Bangladesh.  Kami tentunya  telah mengundang mereka untuk datang.

Namun, kekhawatiran kami adalah tiga tahun lalu pandemi tiba-tiba datang dan benar-benar menimbulkan kekacauan di banyak negara. Kami mengelola pandemi dengan cukup baik tetapi kami baru berhasil setelah mendapatkan vaksin. Pandemi adalah pelajaran bagi kita semua bahwa kita harus bekerja sama.  Jika ada pandemi lain seperti ini di masa depan, pesan kami kepada komunitas internasional termasuk ASEAN adalah kita harus siap. Kita harus membuat mekanisme bersama sehingga jika situasi darurat muncul, kita bisa menanganinya secara efektif.

Kekhawatiran yang lainnya adalah masalah iklim.  Kami sangat baik secara ekonomi tapi kami takut akan bencana iklim karena Bangladesh sangat rentan terhadap perubahan iklim.  Kami memimpin Climate Vulnerable Forum yang mencakup lebih dari 50 negara rentan iklim. Masalah iklim bagi banyak negara adalah masalah genting. Tiap tahunnya, sekitar 650 ribu orang di Bangladesh tercerabut dari rumah mereka dan pekerjaan tradisional mereka. Mereka kemudian pindah ke wilayah kumuh di kota-kota.  Ini bukan salah kebijakan pemerintah tapi dampak dari pemanasan global.  Beberapa negara  menyalahgunakan sumber daya yang diberikan Tuhan dan mengakibatkan pemanasan global. Pemerintah kami berusaha membantu merehabilitasi orang-orang yang terdampak. Namun, sudah saatnya para pemimpin global khususnya dari pencemar terbesar dunia untuk tampil ke depan dan ikut menanggung beban rehabilitasi.

Hari ini, 650 ribu orang terdampak tiap tahunnya. Di masa mendatang ketika suhu global terus meningkat, sekitar 20-30 juta orang bisa terdampak.  Kemana mereka akan pergi?  Mereka akan menciptakan masalah keamanan global.  Sebelum itu terjadi, kami menyerukan di forum internasional seperti ASEAN bahwa kita harus menyelamatkan planet ini.  Untuk menyelamatkan planet ini, semua negara, terutama pencemar terbesar dan anggota G20, mereka bertanggung jawab atas 80% emisi global, harus membuat komitmen yang agresif agar suhu global tetap pada 1,5 derajat Celcius.  Ini adalah pesan pertama kami.

Pesan kedua kami, bencana iklim telah terjadi.  Untuk memperbaiki situasi, para pemimpin dunia harus menindaklanjuti janji penggalangan dana yang akan menyediakan 100 miliar dolar setahun untuk Dana Iklim.  Menurut kami, 100 miliar atau bahkan 500 miliar setahun tidaklah cukup. Triliunan untuk memperbaiki kerusakan.  Saran saya adalah negara-negara maju yang menghabiskan ribuan miliar setahun untuk pengeluaran pertahanan bisa mengalihkan 10% dari anggaran pertahanan ke Dana Iklim. Dengan begitu, kita setidaknya bisa mencapai sesuatu. Satu-satunya yang mereka butuhkan adalah komitmen politik.

Masalah lain yang kami angkat di pertemuan ASEAN adalah tentang perdamaian dan stabilitas.  Bangladesh mendukung perdamaian dan stabilitas.  Selama 15 tahun terakhir, kami memiliki stabilitas dan kedamaian dan sebagai hasilnya ekonomi kami berjalan dengan baik.  Kami menentang terorisme dan ekstremisme.  Kami menjalankan zero tolerance terhadap terorisme dan kami mengharapkan semua negara memiliki posisi yang sama terkait terorisme dan ekstremisme.  Namun, tetangga kami Myanmar memiliki kebiasaan mengusir orang dari waktu ke waktu.  Salah satu komunitas yang terdampak dikenal dengan nama Rohingya.  Mereka kebanyakan beragama Islam.  Mereka menetap di sana sejak 900 tahun yang lalu tetapi pada 1962 terjadi kudeta militer dan sejak itu penderitaan mereka dimulai.  Pada dekade 70-an, 80-an, dan 90-an, Myanmar mengusir mereka dan mereka mencari perlindungan di Bangladesh.  Meski demikian, melalui dialog dan diskusi, mereka bisa kembali pulangi ke Myanmar saat itu Saat ini jumlahnya terlalu banyak sekitar 1-2 juta. Myanmar perlu memulangkan mereka dan menjamin keamanan dan keselamatan mereka. Namun, tidak ada satu pun Rohingya yang pulang ke Myanmar dalam beberapa tahun terakhir. Memang terjadi perubahan dalam pemerintahan di sana. Pemerintahan diambil alih oleh militer. 

Pihak militer sempat berjanji bahwa mereka akan memulangkan mereka kembali.  Kami bekerja sama dengan mereka karena kami yakin repatriasi adalah satu-satunya solusi. Kami mengundang india, Jepang, India, Rusia dan China untuk membantu kami memulangkan orang-orang ini.  Selain itu, kami membawa kasus ini ke lembaga multilateral, ke PBB, semua orang bersimpati, tetapi tidak ada satu pun yang bisa membawa Rohingya pulang.  Kami juga membawanya ke IOC dan IOC percaya bahwa tidak boleh ada lagi genosida di planet. Meski demikian, IOC membutuhkan bantuan dan dukungan dari pihak lain. Jadi saya mengangkat masalah ini di ASEAN. ASEAN harus mengambil inisiatif khusus karena Myanmar kebetulan adalah anggota ASEAN dan hal ini terjadi berada di halaman belakang ASEAN. ASEAN harus mengambil tindakan korektif agar Rohingya bisa kembali ke negaranya dengan aman dan bermartabat untuk masa depan yang lebih baik.  

Saya juga mengangkat isu perang.  Kami tidak menginginkan perang. Kami adalah negara yang cinta damai.  Kami adalah negara kontribut utama misi pemeliharaan perdamaian PBB.  Kami percaya bahwa perang harus dihentikan karena perang menyebabkan kesulitan bagi banyak orang, khususnya  kaum miskin, wanita dan anak-anak. Semua menderita.  Jadi kita harus menciptakan pola pikir untuk menghentikan perang dan berkomitmen menyelesaikan masalah melalui negosiasi.  Pesan kami adalah hentikan perang karena rakyat menderita.  Kami jauh dari Eropa namun kami ikut menderita.  Tingkat inflasi di negara saya telah naik.  Biaya energi melonjak. Ketahanan pangan dan rantai pasokan terganggu.  Di forum ini negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Federasi Rusia, Inggris, China, ada di satu meja yang sama dan mereka saling berbicara..  Mudah-mudahan mereka bisa setuju untuk mengakhiri perang.  Jadi kami ingin mengakhiri perang di bawah ketentuan PBB . Ini adalah pesan-pesan yang saya sampaikan di konferensii dan ami berterima kasih kepada Indonesia atas kesempatannya.

 Di sela-sela forum, saya mengadakan banyak pertemuan bilateral.  Kami mengadakan pertemuan bilateral dengan menteri luar negeri Indonesia, yang saya panggil permata. Retno dalam bahasa Bengali artinyaPermata.  Saya melakukan diskusi yang sangat baik dengannya.  Indonesia dan Bangladesh kami berteman baik.  Hubungan kita sangat solid selama beberapa tahun terakhir.  Tahun lalu, kami memperingati 50 tahun hubungan diplomatik kita. Perdagangan dua arah kita bernilai sekitar empat miliar dolar dan ada banyak ruang untuk memperluas hubungan investasi.  Kita perlu mengembangkan jalur pelayaran. kita juga  membahas penerbangan langsung untuk meningkatkan hubungan antar masyarakat. Hal-hal itu dibahas dalam pertemuan bilateral.

Kita membutuhkan perjanjian perdagangan bebas antara Bangladesh dan Indonesia.  Para pejabat terkait sedang menggodoknya. Mudah-mudahan ini akan cepat rampung.  Jadi kita bekerja sama layaknya saudara. Kita memegang nilai yang sama dan prinsip yang sama.

IDX Channel: Bisakah Anda menjelaskan lebih dalam lagi tentang kerjasama perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Bangladesh?

Menlu Momen: Seperti yang saya katakan banyak peluang muncul karena ekonomi kami berjalan dengan baik.  Saya bukan pengusaha tapi sepatutnya  ada lebih banyak delegasi bisnis.  Jika pengusaha Indonesia berkunjung mereka akan menemukan bahwa kami adalah salah satu produsen garmen terbesar. Indonesia tidak banyak membeli dari kami tetapi mereka dapat mempelajarinya.
Kami memproduksi obat-obatan yang berkualitas baik.  Kami memiliki industri farmasi yang canggih dan mengekspor ke lebih dari 100 negara.  Jika Indonesia membeli dari kami, mereka dapat menyediakan obat-obatan denagn harga terjangkau kepada masyarakat. 

Kami juga sangat maju di bidang IT. Kami memiliki ratusan ribu pekerja IT profesional.  Kita melakukan segalanya melalui IT sekarang.  Kita kini mengirimkan gaji melalui ponsel mereka, tidak ada perantara dan tidak menggunakan kertas sama sekali. Semuanya melalui IT.  Bangladesh bisa berbagi keahlian di bidang IT.  Kami sekarang membantu negara tetangga kami dan kami juga dapat berbagi keahlian ini dengan Indonesia.

Di sisi lain, kami membutuhkan ketahanan energi. Kami membeli batu bara dari Indonesia dan kami juga membeli lokomotif dan kereta api dari Anda.  Sementara itu, Bangladesh juga menghasilkan banyak ternak tetapi kami membutuhkan sertifikasi halal agar kami dapat melakukan perdagangan dengan lebih baik. Pihak Indonesia dapat membantu dalam hal tersebut.

Kita dapat memiliki usaha patungan antara perusahaan Indonesia dan perusahaan Bangladesh.  Kami sedang melakukan banyak pembangunan infrastruktur besar.  Banyak perusahaan dari China Jepang, Turki, India, Korea Selatan yang bekerja di negara kami tetapi tidak dengan perusahaan indonesia. Indonesia bisa ikut bersaing.

Salah satu yang baik untuk pebisnis, harus ada penerbangan langsung reguler dari Bangladesh ke Jakarta atau wilayah lain di Indonesia.  Hal ini akan sangat membantu meningkatkan komunikasi. 

IDX Channel - Bangladesh baru-baru ini meresmikan mass rapid transit sama seperti Jakarta, bagaimanakah pembangunan infrastruktur di negara Anda?

Menlu Momen: Kami telah mennalankan banyak mega proyek.  Kami membangun satu jembatan besar bernama Jembatan Padma dengan uang kami sendiri.  Kami menggunakan beberapa kontraktor dari Korea dan China.  Mereka membantu membangunnya tetapi kami menggunakan uang kami sendiri.

Di kota Dhaka, kami juga memiliki banyak proyek.  Proyek besar-besar.  Salah satunya adalah kereta metro.  Kami memulai proyek kereta metro dan Jepang membantu kami Perusahaan Jepang membantu membangunnya.  

Jepang juga sedang membangun terminal bandara ketiga di kota Dhaka.  Saya dan menteri luar negeri Jepang sedang menunggu peresmianmya di Oktober. Perusahaan Jepang cukup bagus. Mereka biasanya melakukan pekerjaan tepat waktu.

Perusahaan Indonesia juga bisa berpartisipasi.  Saat ini kami banyak membeli kereta api dari Indonesia.  Kami merasa bahwa Indonesia juga memiliki layanan perawatan pesawat yang baik.  Kami biasanya mengirim pesawat kami ke negara lain tapi kami mulai melirik Asia karena Asia memiliki keahliannya.  Kitu dapat mendukung satu sama lain.

IDX Channel: Bangladesh banyak meminjam dari lembaga internasional, yang terakhir adalah pinjaman USD300 juta dari ADB, apa saja manfaat yang didapat?

Menlu Momen: Bangladesh sangat berhati-hati dalam meminjam.  Pinjaman kita dari luar negeri hanya 13,7% dari PDB.  Salah satu yang terendah di dunia.  Banyak negara menawarkan lebih banyak pinjaman tapi kami sangat berhati-hati.  Kami lebih banyak meminjam dari lembaga internasional seperti Bank Dunia atau IMF atau ADB dan Bank Pembangunan Islam.  Dan kami meminjam untuk proyek-proyek yang kami tahu pengembalian investasinya sangat tinggi. Secara bilateral, pinjaman kami relatif rendah.  Jepang adalah yang tertinggi.  China juga ada tapi kami sangat berhati-hati dalam menerima uang.  Kami hanya menerima sedikit dari China, kurang dari 1% dari PDB kami.  

Tapi ada kesalahpahaman dan ada propaganda bahwa Bangladesh banyak meminjam dari China dan berada dalam jebakan utang seperti Sri Lanka. Itu sama sekali tidak benar. Pinjaman kami dari China kurang dari 1% dari PDB kami.  Menurut IMF, jika 50% utang luar negeri hanya dari satu negara, maka kemungkinan akan berada dalam perangkap utang.  Pinjaman kami hanya 1% bukan 50%, jadi ini semua adalah propaganda.

Seperti yang Anda katakan, kami meminjam sejumlah uang sebanyak 300 juta dolar.  itu jumlah yang sangat kecil.  Kami mendapat lima miliar setiap bulan hanya dari ekspor kami.  Dan dari 12 juta orang Bangladesh yang bekerja di luar negeri sekitar dua miliar sebulan, 24 miliar setahun.  Jadi kami mendapat tujuh miliar dari orang-orang kami sendiri setiap bulan.  Kami meminjam 300 juta, bukan miliar, dari Bank Pembangunan Asia untuk pembangunan perkotaan kami.

Kami mencoba meningkatkan fasilitas perkotaan kami. Negara kami berjalan dengan baik sehingga aspirasi masyarakat juga meningkat karena globalisasi dunia dan juga internet serta lain-lain. Maka kita harus mengeluarkan uang untuk pembangunan.  Jadi yang kami lakukan adalah kami membuat kesepakatan dengan ADB. ADB menyediakan 300 juta untuk sekitar 350 kota dan kota kami.  Kerja sama ini terdiri dari berbagai jenis proyek.  salah satu proyek besar adalah saluran air limbah dan drainase karena menjamurnya bangunan.  Kami dulu memiliki banyak kolam dan daerah aliran sungai yang sudah hilang digantikan bangunan di sana.  Akibatnya meski hanya ada sedikit hujan, kadang-kadang, kota-kota besar dan kecil mengalami banjir.  Maka untuk memiliki lebih banyak drainase dan sistem drainase yang lebih baik, kami meminjam untuk pembangunan perkotaan.  Ini bukanlah hal yang aneh dan bagian dari proses yang berkelanjutan.  

Seperti yang saya katakan, pinjaman kami minimal dari luar negeri. Kami meminjam lebih banyak dari bank kami sendiri.  Presiden Roosevelt pernah berkata jika Anda meminjam dari negara Anda sendiri, tidak apa-apa. Jika Anda meminjam dari luar negeri, maka itu hal yang berbeda.  Jadi kami kebanyakan meminjam dari negara kami sendiri, dari rakyat kami, baik dari perbankan atau melalui obligasi dan saham.

IDX Channel: Terakhir, apa harapan Bapak Menlu terhadap hubungan Indonesia-Bangladesh di masa depan?

Menlu Momen: Saya pikir kami akan memperkokoh dan memperkuat hubungan kami. Seperti yang saya katakan, kita berbagi prinsip yang sama.  Bahkan rasa makanan antara Bangladesh India sangat mirip.  Indonesia adalah negara yang cinta damai, Bangladesh juga.  Indonesia adalah ekonomi terbesar keempat di dunia.  dan negara Muslim terbesar.  Bangladesh sekarang adalah ekonomi terbesar ke-35 di dunia.  Sebagian besar penduduk kami Muslim tetapi kami memiliki praktik hubungan agama yang sangat harmonis seperti Indonesia. Jadi sangat besar kemungkinan kedua negara ini bekerja sama untuk berkembang.  Dan Saya yakin kita bisa menjadi pemimpin di dunia.  Saya menantikan momen itu.

(WHY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement