Dia mengaku sangat menyayangkan dengan kondisi saat ini dan penutupan tempat wisata tersebut juga mendapat penilaian dari berbagai pihak hanya berimbas kepada pelaku ekonomi di sektor pariwisata.
"Kalau boleh dibilang, tentu kita sangat sayangkan sekali. Apalagi, para pedagang ini hidup melalui sumber wisata dan tidak ada mata pencaharian lain. Teman saya selaku pelaku wisata juga mengungkapkan hal serupa, bahwa telah mengalami kerugian akibat stok jualan yang mubazir. Padahal dia sudah belanja dari jauh hari", terangnya.
Kemudian dia meminta kepada Pemerintah Aceh sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat untuk membuka ruang demokrasi dengan seluruh elemen agar segera melakukan pembenahan total agar merekonstruksi sektor pariwisata Aceh untuk pemulihan ekonomi di tengah pandemi.
"Kita tidak tahu kedepan, apakah nanti penutupan lokasi-lokasi wisata dan sarana publik diperpanjang atau tidak. Tergantung status zona juga. Jika melonjak, maka mau tidak mau tentu kita utamakan keselamatan. Namun, jika terus-terusan begini, maka warga yang menopang hidup dengan tempat wisata mau dibawa kemana? Saya harap pemerintah membuka ruang demokrasi untuk ini demi merekonstruksi ekonomi masyarakat Aceh di tengah pandemi", tambahnya.
Terakhir, pemuda asal Aceh yang sempat meraih Penghargaan Inspiring Innovative di nasional tersebut juga menyatakan bahwa sektor pariwisata di Aceh tidak boleh lumpuh karena akan menimbulkan banyak pihak yang merugi.