IDXChannel - The Federal Reserve (The Fed) bersiap menerima perlawanan politik seiring upayanya menurunkan inflasi menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan jumlah pengangguran.
"Memulihkan stabilitas harga saat inflasi tinggi memerlukan langkah-langkah yang tidak populer dalam jangka pendek karena kami menaikkan suku bunga untuk memperlambat perekonomian," ujar Ketua Fed Jerome Powell dalam pidato pembukaan yang disiapkan pada diskusi panel tentang independensi bank sentral di Swedia, Selasa, (10/01).
Namun, bos bank sentral Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa manfaat dari kebijakan moneter independen dalam konteks AS dipahami dengan baik dan diterima secara luas.
Powell juga mengatakan dia yakin akan kemampuan The Fed untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Meskipun, Powell tidak menyinggung secara langsung tentang tingkat suku bunga AS.
Spekulasi telah tumbuh sejak rilis Laporan Pasar Tenaga Kerja AS pada Desember lalu bahwa The Fed dapat memperlambat laju kenaikan suku bunga lagi pada pertemuan berikutnya.
Dalam laporan pasar tenaga kerja AS terbaru, menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja dan pertumbuhan upah.
Adapun menurut Trading Economics, tingkat partisipasi angkatan kerja di Amerika Serikat naik tipis menjadi 62,3% pada Desember 2022 dari sebelumnya 62,2% pada bulan sebelumnya. Namun, nilainya tetap 1,0 poin persentase di bawah nilai Februari 2020 saat level pandemi.
Sementara tingkat pengangguran di AS turun menjadi 3,5% pada Desember 2022, turun di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,7% dan sesuai dengan tingkat yang terlihat pada bulan September dan Juli, yang merupakan yang terendah sejak Februari 2020. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sebelumnya, ketua The Fed San Francisco Mary Daly mengatakan pada sebuah acara, Senin (9/01) bahwa kenaikan suku bunga untuk berikutnya hanya 25 basis poin jika data ekonomi terus kooperatif dengan tujuan bank sentral.
Namun, dalam konferensi yang digelar di Swedia, Powell juga menolak gagasan tentang iklim, terutama dari pejabat-pejabat Eropa. Powell disebut tidak pro dimasukkannya pertimbangan perubahan iklim dalam kebijakan moneternya.
"Tanpa undang-undang kongres yang eksplisit, tidak pantas bagi kami untuk menggunakan kebijakan moneter atau alat pengawasan kami untuk mempromosikan ekonomi yang lebih hijau atau untuk mencapai tujuan berbasis iklim lainnya," kata Powell
Powell bahkan mengatakan bahwa bank sentral bukan dan tidak akan menjadi pembuat kebijakan iklim.
Pembiayaan Hijau Jadi Persoalan Pelik
Powell menekankan bahwa perubahan iklim harus ditangani oleh pejabat politik terpilih. Namun selama ini, isu perubahan iklim menjadi highlight di berbagai lini kebijakan, termasuk di sektor keuangan.
Mengutip The New York Times, komentar Powell ini sebenarnya menanggapi seruan dari partai Demokrat AS agar The Fed mengambil peran yang lebih aktif dalam mengawasi perubahan iklim. Di tambah skeptisisme dari beberapa Republikan bahwa ia dapat melindungi dari risiko terkait iklim terhadap sistem keuangan.
Sementara bank sentral sedang mencari cara untuk memantau risiko terkait iklim dengan lebih baik di lembaga keuangan.
Selama ini, institusi bank biasanya memberi kredit terkait proyek hijau dan mulai berhenti mendanai proyek penghasil karbon seperti industri minyak dan gas (migas).
Iklim adalah masalah yang sangat pelik bagi The Fed. Sebagai pengawas bank, The Fed perlu memikirkan risiko terhadap sistem keuangan, dan batas antara melindungi bank dan memengaruhi siapa yang dapat dengan mudah mengakses pembiayaan yang tidak dapat terukur.
Dalam konteks ini, sepertinya The Fed merujuk pada pembiayaan hijau yang selama ini dilakukan oleh beberapa bank.
Terkait pembiayaan hijau, beberapa bank dan otoritas terkait telah memulai program pembiayaan hijau atau kebijakan yang mendukung pembiayaan berkelanjutan. Sebut saja Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang baru saja meluncurkan taksonomi hijau untuk panduan pembiayaan berkelanjutan bagi bank.
Adapun contoh lainnya adalah Bank DBS yang menerapkan proyek green loan. Jenis pinjaman ini adalah pinjaman yang digunakan untuk membiayai secara eksklusif proyek ramah lingkungan yang memenuhi syarat dengan manfaat lingkungan yang jelas seperti efisiensi energi, pencegahan polusi, dan lainnya.
Bahkan negara-negara maju berinisiatif memobilisasi sebanyak USD100 miliar dalam pendanaan iklim untuk negara berkembang. Ini sebagai upaya memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim diperkirakan akan tercapai pada tahun 2023.
Di tahun ini, dengan sikap ‘dingin’ Powell terhadap hal yang berbau perubahan iklim, nampaknya pembiayaan berkelanjutan akan menemui tantangannya. (ADF)