Menuai Ranum Kopi dari Puslitkoka
Tentunya, Jember tidak hanya unggul dari wisata alamnya saja. Kota yang sudah dikenal dengan Jember Fashion Carnaval nya ini juga memiliki objek wisata lain seperti Puslitkoka. Masuk ke dalam objek wisata edukasi, di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) ini wisatawan yang datang akan mengetahui sejarah dan seluk beluk tentang kopi serta kakao.
Tentu sudah tidak asing lagi bahwa Jember merupakan salah satu penghasil kopi terbaik yang ada di Indonesia. Bahkan, hampir 90 persen varietas kopi arabika yang dikembangkan, tak lepas dari pengaruh periset Puslitkoka yang berlokasi di Jl. PB. Sudirman 90, Jember, Jawa Timur ini.
Puslitkoka merupakan lembaga riset dan pengembangan kopi serta kakao nasional berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 786/Kpts/Org/9/1981 yang didirikan sejak 1 Januari 1911 pada masa kolonial Belanda, saat itu bernama Besoekisch Proefstation. Saat ini Puslitkoka pengelolaannya di bawah PT. RPN memiliki visi menjadi lembaga penelitian unggul bertaraf internasional di tahun 2020.
"Puslitkoka merupakan lembaga riset kopi tertua di dunia yang dibangun pada 1911," kata Kepala Bagian Usaha Puslitkoka Jember, Ucu Sumirat, ditemui saat perayaan ulang tahun Himpunan Anak Media, belum lama ini.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Ucu, saat itu Belanda membutuhkan lokasi untuk menanam maupun meriset kopi terbaik. Tujuannya tak lain adalah untuk menghasilkan kopi yang tahan dari gangguan penyakit. Tidak hanya meriset kopi dan kakao saja, kini Puslitkoka sudah banyak mencetak inovasi, mulai dari bahan tanam unggul kopi maupun kakao, berbagai teknologi pendukung budidaya, teknologi pengendalian hama, alat dan mesin skala UMKM, jasa pengujian analisis pra panen dan pascapanen terakreditasi, layanan pendamping daerah, serta jasa sertifikasi produk.
“Kami berbisnis riset, jasa dan barang. Menjadi konsultan dan membuat riset maupun inovasi untuk banyak perusahaan pangan juga pemda. Puslitkoka membuatkan formulasi bagaimana agar biji kopi dan kakao lebih enak, juga memberi banyak pendampingan mulai dari pembelian bibit hingga pengembangan,” ungkap Ucu.
Di Puslitkoka wisatawan tidak hanya sekedar membahas teori, namun akan diajak berkeliling melihat pembuatan kopi maupun kakao mulai dari kebun, proses mentah hingga matang dan dalam bentuk barang jadi. Untuk berkeliling kebun yang memiliki total 160 hektar ini, Anda akan diajak menaiki kereta wisata terbuat dari kayu. Cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp10 ribu Anda sudah bisa berkeliling kebun kopi maupun kakao seluas 20 hektar.
Jangan lupa untuk mengabadikan diri dengan berfoto diantara pohon tinggi yang melindungi perkebunan kopi tersebut. Anda cukup berdiri di tengahnya dan berpose semenarik mungkin. Setelah lelah berkeliling, Anda bisa membeli hasil olahan produk Puslitkoka di kantin yang telah disediakan.