IDXChannel - Dolar Amerika Serikat (USD) kesulitan untuk kembali menguat pada Selasa (27/5/2025). Kekhawatiran investor terhadap implikasi rancangan undang-undang pajak dan belanja AS terus melemahkan sentimen terhadap aset-aset negara tersebut.
dolar turun 0,3 persen ke 142,35 yen. Indeks dolar, yang melacak kinerja greenback terhadap mata uang utama lainnya, turun 0,1 persen dan mengalami pelemahan selama tiga sesi berturut-turut.
Mata uang tunggal Eropa (euro) menguat 0,1 persen ke level USD1,1399, mendekati level tertinggi sejak 29 April. Poundsterling diperdagangkan di USD1,3581, naik 0,1 persen.
Pasar saham global dan euro menguat pada Senin saat AS libur, setelah Presiden AS Donald Trump menunda pemberlakuan tarif terhadap Eropa.
Kini perhatian pasar beralih ke perdebatan di Senat AS mengenai RUU pemotongan pajak Trump yang diperkirakan akan menambah tumpukan utang negara terbesar di dunia ini.
Pasar sangat sensitif terhadap usulan Trump ini, terutama setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS pada 16 Mei lalu.
"Dalam banyak hal, semua jalan mengarah pada pelemahan dolar AS," ujar kepala riset di Pepperstone, Chris Weston, dilansir Financial Times, Selasa (27/5/2025).
Persepsi defisit AS yang lebih tinggi menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya penerbitan surat utang pemerintah di masa depan, yang mendorong naiknya premi jangka waktu dan membuat investor menjauh dari dolar.
Pekan lalu, DPR AS meloloskan versi RUU pemotongan pajak Trump yang diperkirakan akan menambah sekitar USD3,8 triliun ke total utang pemerintah federal dalam satu dekade ke depan, menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO).
Kepercayaan investor terhadap aset-aset AS dalam beberapa bulan terakhir telah terganggu oleh kebijakan tarif global Presiden AS Donald Trump yang tidak menentu.
Contoh terbaru, Trump menunda rencana penerapan tarif 50 persen terhadap impor barang dari Uni Eropa mulai 1 Juni. Sentimen ini mendorong penguatan euro ke level tertinggi dalam satu bulan.
(NIA DEVIYANA)