DBS memproyeksikan Astra mampu membukukan free cash flow yield sebesar 13-17 persen sepanjang 2025-2027, yang diperkirakan menjadi pendorong utama valuasi saham.
Selain itu, DBS juga melihat adanya peluang divestasi aset non-inti, khususnya bisnis perkebunan kelapa sawit.
Seiring pandangan positif tersebut, DBS menaikkan target harga saham Astra menjadi Rp8.100 dari sebelumnya Rp6.500, dengan rekomendasi beli tetap dipertahankan.
Sementara itu, kinerja Astra dari segmen otomotif diperkirakan menguat pada kuartal IV-2025. Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Paulina Margareta, mencatat, dikutip Dow Jones Newswires, sekitar 27 persen penjualan mobil tahunan Astra secara historis terjadi pada kuartal terakhir.
Peluncuran mobil hybrid listrik mass market yang diperkirakan berlangsung sebelum akhir 2025 juga dinilai akan membantu menjaga pangsa pasar Astra di kisaran 52-53 persen pada 2025-2026.