sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Era Baru Digitalisasi Pasar Modal dan Menjamurnya Investor Gen Z

Market news editor Desi Angriani
11/08/2023 14:18 WIB
Pesatnya pertumbuhan investor ritel di pasar modal Indonesia tak terlepas dari efek digitalisasi.
Era Baru Digitalisasi Pasar Modal dan Menjamurnya Investor Gen Z (Foto: MNC Media)
Era Baru Digitalisasi Pasar Modal dan Menjamurnya Investor Gen Z (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Pesatnya pertumbuhan investor ritel di pasar modal Indonesia tak terlepas dari efek digitalisasi. Dalam lima tahun terakhir, jumlah investor meningkat lebih dari 4 kali lipat berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Hingga 8 Agustus 2023, jumlah investor pasar modal RI mencapai 11,46 juta atau melonjak 11,15% secara year to date. Pertumbuhan investor ini didominasi oleh kalangan gen Z atau usia di bawah 30 tahun sebesar 57,26% dari total investor dengan aset Rp54,65 triliun. 

Usia 31-40 tahun mencapai 22,85 persen, usia 41-50 tahun sebanyak 11,05 persen, dan usia di atas 60 tahun sebanyak 2,81 persen. 

Seperti yang kita tahu, gen Z sangat kental dengan gaya hidup digital. Generasi ini merupakan kelompok usia yang dibesarkan dengan kemajuan teknologi.

Dengan fasilitas teknologi yang dimiliki Bursa Efek Indonesia (BEI), membuat investor ritel di kalangan gen Z semakin mudah melakukan perdagangan online dari tempat tinggal mereka secara real-time. 

Mereka tidak perlu merasa kesulitan karena transaksi saham dapat dilakukan secara online kapan saja dan di mana saja dengan menggunakan ponsel. 

Transaksi saham pun terasa begitu mudah seperti belanja online karena prosesnya digital. Mulai dari pembukaan rekening saham hingga proses pembelian saham.

Kepala OJK Institute Agus Sugiarto menilai, transformasi digital merupakan sebuah kebutuhan lantaran 197 juta penduduk Indonesia menggunakan internet.

Karena itu, layangan transaksi saham juga harus menyesuaikan perilaku investor ke depan. Apalagi 53% warga Indonesia merupakan kaum melek teknologi.

"Teknologi dan digitalisasi tidak hanya memberikan kenyamanan perdagangan, tetapi juga menjadikan perdagangan investor ritel lebih aktif," ujarnya dalam webinar pelung dan tantangan pasar modal di era digital pada Kamis (18/3/2021) lalu.

Di sisi lain, aktivitas-aktivitas penerbitan efek juga dipermudah dan lebih ringkas akibat adanya digitalisasi. Bahkan aktivitas penerbitan efek bisa dipangkas menjadi hitungan hari dari saat ini yang membutuhkan setidaknya 3 bulan. 

Di era digitalisasi, instrumen yang diperdagangkan di bursa tak lagi bersifat jangka panjang (seperti saham dan obligasi) tapi juga jangka pendek (commercial paper dan bills). 

Untuk mendorong percepatan pendalaman pasar keuangan, OJK pun menitikberatkan salah satu strateginya dengan mengakselerasi pengembangan infrastruktur pasar modal berbasis digital.

Sebagai contoh melakukan efisiensi pasar primer melalui e-IPO, e-voting dan hadirnya market maker pada secondary market serta pengembangan Infrastruktur Central Counterparty Clearing Over the Counter (CCP OTC) Derivatif. Hal tersebut dengan tujuan agar dapat mendorong pengembangan basis investor ritel dan domestik.     

"Ini bagaimana meningkatkan jumlah investor, dan ada peluang peningkatan inklusi digital di pasar modal, peluangnya pemanfaatan big data. Kemudian adopsi teknologi AI untuk membuat keputusan membeli dan menjual saham atau obligasi serta bagaimana trading secara simulasi," tandasnya.

(DES)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement