Analis memperkirakan akan timbul kerugian menyusul peristiwa tersebut dengan proyeksi pengetatan bakal berlanjut. Lebih jauh, permintaan minyak dinilai masih tetap tinggi meskipun dibayangi dampak varian virus Omicron.
Di tengah panasnya harga, ketegangan sejumlah negara pemasok yakni Rusia dan Uni Emirat Arab (UEA) turut memicu kekhawatiran persediaan minyak. Rusia yang merupakan produsen minyak terbesar kedua di dunia dikabarkan sedang bersitegang di perbatasan Ukraina. Sementara UEA, produsen terbesar ketiga OPEC, baru saja mendapat serangan di Abu Dhabi dari gerakan Houthi dari Yaman.
UEA pada Selasa malam (18/1) telah menyerukan adanya pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) untuk mengutuk serangan yang terjadi di Abu Dhabi pada hari Senin oleh gerakan Houthi dari Yaman. Sementara pasukan Rusia masih berbaris di area perbatasan Ukraina dan bersiap melakukan serangan.
Pihak Gedung Putih menyebut kedua krisis tersebut sangat berbahaya dan mengatakan Rusia dapat menyerang kapan saja.
Ketegangan kedua produsen minyak tersebut dinilai bakal semakin besar ketika OPEC dan sekutunya Rusia sedang mengalami kesulitan memenuhi target yang disepakati untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari setiap bulan.