IDXChannel - Harga minyak turun sekitar 2% pada penutupan perdagangan Kamis (3/11/2022) karena China mempertahankan kebijakan nol-Covid dan kenaikan suku bunga AS mendorong dolar, meningkatkan kekhawatiran resesi global yang akan menghambat permintaan bahan bakar.
Penurunan harga minyak juga imbas kekhawatiran atas pasokan yang ketat.
Melansir Reuters, Brent berjangka turun USD1,49 atau 1,5% menjadi menetap di usd94,67 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,83 atau 2,0% menjadi menetap di USD88,17.
Kedua tolok ukur minyak dunia itu naik lebih dari USD1 pada Rabu, bahkan ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan kepala bank sentral AS Jerome Powell mengatakan terlalu dini untuk mempertimbangkan menghentikan kenaikan suku bunga.
Adapun dolar naik pada Kamis, dengan Powell menunjukkan bahwa suku bunga AS kemungkinan akan mencapai puncaknya di atas ekspektasi investor saat ini.
Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
"Minyak sedang berjuang melawan prospek ekonomi global yang melemah dan dolar yang melonjak. Tampaknya penyebab bearish ini tidak akan mereda dalam waktu dekat," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun permintaan domestik melambat di tengah kenaikan suku bunga Fed untuk menjinakkan inflasi.