“Pembatasan pasokan baru-baru ini juga membatasi alternatif pasokan dibandingkan dominasi Indonesia, di mana sebagian besar produksinya didukung oleh investasi China. Hal ini terjadi pada saat AS dan Uni Eropa berupaya mengurangi ketergantungan mereka pada negara ketiga untuk mengakses bahan mentah penting, termasuk nikel,” katanya.
Produsen di negara-negara barat berharap material mereka pada akhirnya akan mendapatkan nilai premium nikel hijau yang menjadi fokus mereka pada ESG. Namun, gagasan ini belum mendapatkan banyak daya tarik.
(SLF)