Kenaikan harga tertinggi terjadi di kawasan pusat bisnis (CBD) yang mencapai Rp53 juta per meter persegi, didorong terbatasnya pasokan baru dan permintaan yang stabil. Kawasan pinggiran menunjukkan kinerja lebih baik dengan harga rata-rata Rp27 juta per meter persegi.
Pengembang terus menawarkan berbagai promo, seperti pembebasan biaya, paket furnitur, dan voucher belanja untuk menjaga minat pembeli. Sentimen sempat melemah setelah insentif PPN dipangkas menjadi 50 persen, tetapi kembali pulih setelah pemerintah mengembalikan insentif penuh hingga 2026.
Program KPR FLPP tetap menjadi fokus utama pemerintah, dengan suku bunga tetap 5 persen, uang muka 1 persen, dan tenor hingga 20 tahun. Ciptadana mencatat hingga akhir September 2025, sebanyak 198.766 unit FLPP senilai Rp24,67 triliun telah disalurkan melalui 40 bank dan lebih dari 10 ribu pengembang.
Dari sisi subsektor, Ciptadana menilai properti ritel akan tetap tangguh pada 2026, dengan tingkat hunian mal utama di Jakarta berada di kisaran 85–90 persen. Rata-rata sewa diperkirakan terus naik, sejalan dengan konsumsi domestik yang kuat. Sementara itu, tingkat hunian perkantoran di CBD diperkirakan mencapai 75 persen dan 71 persen di luar CBD.
Ciptadana mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor properti, mengingat valuasi saham-saham properti masih diperdagangkan dengan diskon 50–60 persen terhadap RNAV.