sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kantongi Rp4,54 Triliun, Laba Adaro Minerals (ADMR) Meroket 456 Persen

Market news editor Cahya Puteri Abdi Rabbi
01/11/2022 08:49 WIB
Laba PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) meroket 456 persen pada kuartal III 2022.
Kantongi Rp4,54 Triliun, Laba Adaro Minerals (ADMR) Meroket 456 Persen (Foto: MNC Media)
Kantongi Rp4,54 Triliun, Laba Adaro Minerals (ADMR) Meroket 456 Persen (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Laba PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) meroket 456 persen pada kuartal III 2022. Hingga September 2022, ADMR mengantongi laba inti sebesar USD291,58 juta atau setara Rp4,54 triliun.

Kenaikan laba ini ditopang oleh harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) yang melonjak 105%. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan pasca pandemi Covid-19, juga peristiwa geopolitis.

Selain itu, profitabilitas perseroan juga didorong oleh volume penjualan hingga September 2022 yang naik 41% menjadi 2,19 juta ton.

“Tahun 2022 merupakan tahun yang menggembirakan bagi perseroan, yang memulai tahun dengan penawaran saham perdana di awal kuartal, serta mencapai harga-harga tertinggi dalam sejarah untuk produknya di kuartal kedua,” kata Presiden Direktur dan CEO Adaro Minerals, Christian Ariano Rachmat dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (1/11/2022).

Di samping itu, pendapatan usaha perseroan juga tercatat naik sebesar 188% menjadi USD666,48 juta atau setara Rp10,39 triliun, dari sebelumnya sebesar USD231,31 juta.

Berdasarkan laporan keuangan, segmen pertambangan batu bara mencatatkan pendapatan sebesar USD664,40 juta atau setara Rp10,36 triliun, dan pendapatan jasa lainnya tercatat sebesar USD3,55 juta atau setara Rp55,46 miliar, dengan eliminasi sebesar USD1,47 juta.

Dari sisi pengeluaran, beban pokok pendapatan ADMR naik 80% menjadi USD252 juta atau Rp3,92 triliun, dari sebelumnya sebesar USD139,62 juta. Hal ini utamanya disebabkan oleh kenaikan royalti akibat tingginya volume penjualan dan harga jual rata-rata.

Christian merinci, kenaikan volume pengupasan lapisan penutup dan produksi ADMR hingga kuartal III 2022, mendorong kenaikan biaya penambangan menjadi USD48 juta atau naik 52% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD32 juta.

Selanjutnya, tingginya beban pokok pendapatan juga didorong oleh kenaikan biaya pemrosesan batu bara sebesar 107% menjadi USD33 juta dari sebelumnya USD16 juta. Kemudian, biaya pengiriman dan penanganan juga naik 73% menjadi USD59 juta, serta biaya bahan bakar naik hingga 174%.

“Royalti yang dibayarkan kepada pemerintah naik 194% menjadi USD118 juta dari sebelumnya USD40 juta, berkat kenaikan laba usaha. Adapun, biaya royalti meliputi 47% beban pokok pendapatan hingga September 2022,” lanjut dia.

Beban usaha perseroan pun naik 38% menjadi USD26 juta dari sebelumnya USD19 juta, utamanya disebabkan oleh kenaikan komisi penjualan, seiring kenaikan volume penjualan. Komisi penjualan naik hampir enam kali lipat menjadi USD5,3 juta dari USD0,9 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya, karena ASP dan volume penjualan naik secara tahunan.

Per September 2022, total nilai aset ADMR tercatat sebesar USD1,24 miliar atau setara Rp19,38 triliun, tumbuh 28,71% dari posisi akhir tahun yang sebesar USD965,70 juta. Liabilitas perseroan tercatat sebesar USD753,09 juta dan ekuitas sebesar USD760,25 juta. 

(DES)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement