IDXChannel - Efek pemilu ditunda terhadap pasar saham Indonesia dinilai dapat memicu risiko turunnya kepercayaan pasar keuangan dan pasar modal. Pekan lalu, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengeluarkan putusan yang memerintahkan KPU tidak melanjutkan tahapan Pemilu Umum (Pemilu) 2024.
Keputusan itu diambil atas dasar gugatan perdata yang diajukan Partai Prima terhadap KPU. Namun, banyak pihak menolak putusan ini, dengan alasan tidak memiliki ketentuan hukum. Selain itu, gugatan tersebut bersifat perdata.
Gugatan atau Petum itu diajukan karena pihak Prima menilai ada kecurangan dalam proses pengecekan fakta yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sekretaris Jenderal Partai Prima, Domingus Oktavianus, menyebut dugaan kecurangan itu bermula dari keputusan KPU yang tidak mengizinkan partainya mengikuti pemilihan umum 2024 pada 12 Agustus 2022.
Efek Pemilu Ditunda Terhadap Pasar Saham
Lalu apa saja efek pemilu ditunda terhadap pasar saham Indonesia 2023?
Sejak awal tahun hingga Februari 2023, 11 perusahaan baru tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Minat IPO diperkirakan akan tetap tinggi pada awal tahun politik, khususnya pada pemilu 2023 hingga 2024.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, secara historis, selama tiga periode pemilihan, minat pengusaha untuk melakukan IPO tetap tinggi. Misalnya hingga Januari 2023, sudah ada 10 perusahaan yang tercatat di bursa dengan jumlah penghimpunan dana Rp48,5 triliun.
Direktur enter of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira mengatakan kepada IDXChannel bahwa penundaan pilkada akan berdampak nyata pada sektor ekonomi. Hal yang paling banyak dibaca dalam berita ekonomi sebelum dan sesudah pemilu adalah "wait and see". Ungkapan ini sering digunakan oleh para pelaku ekonomi ketika musim pemilu tiba.
Memang, pergantian kabinet pemerintah dapat mengubah regulasi dan arah kebijakan yang dianut kabinet sebelumnya. Oleh karena itu, untuk menyelaraskan rencana bisnis dengan pedoman kebijakan pemerintah, pengusaha harus menunggu kepastian.
Selain itu, sudah diketahui umum bahwa pergantian Presiden dan kabinet dapat mengubah banyak kebijakan di berbagai industri. Sementara itu, stabilitas politik merupakan salah satu faktor yang diharapkan sebagian besar investor ketika berinvestasi di suatu negara.
Data perdagangan BEI periode 27 Februari hingga 3 Maret 2023 bervariasi namun masih didominasi oleh zona positif. Rata-rata nilai perdagangan harian bursa meningkat 21,56% menjadi Rp10.790 triliun dari Rp8,876 triliun pada pekan lalu.
Rata-rata frekuensi perdagangan harian bursa juga meningkat 8,88% menjadi 1.093.950 dari 1.004.732 transaksi minggu lalu. Selanjutnya, volume perdagangan harian bursa juga meningkat 3,91% menjadi 16,726 miliar saham dari 16.096 miliar saham pada akhir pekan lalu.
Sedangkan volatilitas Indeks Saham Gabungan (IHSG) sepekan berakhir berubah 0,63% menjadi 6.813.636 dari 6.856.576 pada pekan sebelumnya.
Setelah itu, kapitalisasi pasar bursa juga mengalami perubahan sebesar 0,53% menjadi Rp9.451,282 triliun dari Rp9.501.891 triliun pada pekan lalu. Investor asing hari ini mencatatkan nilai jual bersih Rp606,21 miliar dan sepanjang tahun 2023, investor asing mencatatkan nilai beli bersih Rp2,85 triliun. (SNP)