"Secara tahunan, EBITDA kami tetap positif dan kuat berada di USD225,9 juta," ujarnya.
Pada kuartal IV-2024, INCO meraup laba bersih USD6,7 juta sehingga membuat laba bersih setahun penuh menjadi USD57,8 juta. Febriany menjelaskan alasan kedua laba bersih INCO turun lebih tajam dibandingkan pendapatan atau laba kotor karena memperhitungkan kerugian yang belum terealisasi atas pengakuan nilai wajar aset derivatif atas investasi INCO.
Komponen ini terkait hak partisipasi atas investasi Perseroan di PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI) dan PT Huali Nickel Indonesia (HNI). PT KNI merupakan perusahaan patungan antara INCO bersama Ford Motor Co dan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. sementara PT HNI antara INCO dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd.
Penyesuaian harga derivatif ini merupakan kerugian yang belum terealisasi yang bersifat non-operasional. Nilai kerugian tersebut sekitar USD19,9 juta.
"Sehingga laba bersih kami yang dinormalisasi adalah USD4,6 juta pada kuartal IV-2024 dan USD73,3 juta secara setahun penuh," katanya.
(Rahmat Fiansyah)