"Karena kalau investor besar, investor institusi, kan sampai punya Direktur Investasi segala. Sedangkan kita (investor ritel) kan harus memutuskan sendiri mau beli (saham) apa. Di lain pihak, pengetahuan kita juga terbatas. Makanya kita biasanya ngikutin tuh arah (investasi) broker kebanyakan ke mana, kita ngikut," tutur Ahmad.
Namun, dengan kini data tersebut baru tersedia saat perdagangan berakhir, maka praktis sering kali para investor ritel ini ketinggalan momen manakala ada satu atau beberapa saham yang sedang mengalami rally di hari itu.
"Yang ada kita jadi suka ketinggalan. Pas tren bullish, kita telat masuknya. Atau pas saham sudah tanda-tanda mau 'jatuh', kita juga telat lepas," keluh Ahmad.
Influencer
Mencoba mengurasi permasalahan tersebut, Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, pun ikut angkat bicara.
Menurut Reza, pada dasarnya tidak ada perubahan mendasar yang terjadi pasar perdagangan saham domestik. Kalau pun ada sejumlah peraturan baru, Reza tak sepakat bila hal tersebut dianggap sebagai bukti bahwa pasar modal nasional kini tidak lagi kondusif bagi investor ritel.