Yang jadi masalah, dalam pandangan Reza, tidak banyak influencer atau public figure tersebut yang berhasil menunjukkan 'wajah sebenarnya' dari kondisi yang terjadi di pasar perdagangan.
"Tentu nggak semua ya. Tapi terkadang mereka ini, yang dibagikan, yang diperlihatkan cenderung yang enak-enaknya doang. Misal dapat cuan gede dari saham A, B atau C. Tapi mereka nggak cerita tuh, hold-nya berapa lama, everaging down berapa kali, sampai akhirnya rebound dan cuan. Lalu dari seluruh portofolio yang mereka punya, berapa yang cuan dan berapa yang cut loss," ungkap Reza.
Belum lagi, lanjut Reza, pada dasarnya setiap fakta, data dan informasi yang ada di pasar saham bisa saja memantik respon yang berbeda bagi masing-masing investor. Misal, dalam menyikapi sebuah berita yang sama tentang sebuah emiten, respon yang dimunculkan masing-masing investor bisa saja tidak sama.
"Itulah kenapa pasar menyebut segala informasi tersebut dengan istilah 'sentimen'. Misal nih, ada berita tentang uji coba misil oleh Israel. Di satu sisi, ada yang melihat itu sebagai ancaman terhadap pasokan pangan dunia. Tapi ada juga yang melihatnya sebagai opportunity terhadap produk besi, baja dan semacamnya, karena perang sudah di depan mata," urai Reza.
Rasional
Dengan serangkaian penjelasan tersebut, Reza mengaku ingin menyampaikan bahwa modal dasar bagi seorang investor adalah kesediaan untuk belajar dan mencari tahu terkait segala sesuatu yang berkaitan dengan saham yang ingin dia koleksi.