IDXChannel - Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada Selasa (18/11/2025). Mata uang Garuda turun 15 poin atau 0,09 persen ke level Rp16.751 per Dolar AS (USD).
Pengamat Pasar Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai sentimen yang beragam baik dari eksternal maupun internal memengaruhi pergerakan upiah hari ini.
Dari eksternal, pelaku pasar masih mencari pandangan tentang kebijakan moneter Federal Reserve (Fed) setelah berakhirnya penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah AS, yang menunda publikasi beberapa data ekonomi resmi.
Beberapa pembuat kebijakan The Fed, termasuk Presiden The Fed Atlanta Bostic dan Presiden The Fed Kansas City Schmid, menyuarakan kekhawatiran tentang inflasi atau mengisyaratkan dukungan untuk mempertahankan suku bunga tetap.
Data penggajian nonpertanian untuk September, yang akan dirilis Kamis ini, kemungkinan akan menjadi data resmi terbaru di pasar tenaga kerja sebelum pertemuan The Fed pada 10-11 Desember.
CME Fedwatch menunjukkan pasar memperkirakan peluang 42,4 persen untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, dan peluang 57,6 persen untuk mempertahankan suku bunga.
"Saat ini fokus pasar adalah risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan Oktober yang akan dirilis pada hari Rabu. Selanjutnya Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) akan merilis angka Nonfarm Payrolls bulan September pada hari Kamis," ujar Ibrahim dalam risetnya.
Dari internal, Bank Infonesia mencatat pertumbuhan Utang Luar Negeri Idonesia melambat. Per Oktober 2025, utang luar negeri Indonesia tercatat USD424,4 miliar, atau menurun dibandingkan dengan posisi ULN pada Juli 2025 sebesar USD432,3 miliar.
Secara tahunan, ULN Indonesia terkontraksi 0,6 persen (yoy) pada Kuartal III-2025, menurun dibandingkan triwulan II-2025 yang tumbuh sebesar 6,4 persen (yoy)
Sementara itu, BI juga mencatat bahwa ULN pemerintah tumbuh melambat. Posisi ULN pemerintah pada Kuartal III-2025 tercatat sebesar USD210,1 miliar atau secara tahunan tumbuh 2,9 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 10,0 persen (yoy) pada Kuartal II-2025.
Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Selanjutnya, berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 23,1 persen dari total ULN Pemerintah.
Meski begitu, struktur ULN Indonesia dinyatakan tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Hal ini tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang turun menjadi 29,5 persen pada Kuartal III-2025, dari 30,4 persen pada Kuartal II-2025. Serta dominasi ULN jangka panjang dengan pangsa 86,1 persen dari total ULN.
Merujuk berbagai sentimen tersebut, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diproyeksi fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.750-Rp.16.770 per USD.
(NIA DEVIYANA)