Menurut Ibrahim, dolar AS juga terbebani oleh data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan.
“Klaim Pengangguran Awal AS untuk pekan yang berakhir pada 6 Desember naik menjadi 236 ribu, naik tajam dari angka revisi naik pekan sebelumnya sebesar 192 ribu, menurut Departemen Tenaga Kerja. Data pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan ini membebani Dolar AS,” ungkap Ibrahim.
Meskipun demikian, pembuat kebijakan The Fed telah mengisyaratkan kemungkinan jeda dalam pemangkasan suku bunga lebih lanjut karena inflasi yang "tetap agak tinggi."
“Namun, para pembuat kebijakan Fed mengisyaratkan kemungkinan jeda dalam pengurangan lebih lanjut karena mereka memantau tren pasar tenaga kerja dan inflasi yang "tetap agak tinggi." Pasar saat ini memperkirakan hampir 78 persen kemungkinan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tetap stabil bulan depan,” kata Ibrahim.
Penurunan suku bunga AS ini secara teori mengecilkan imbal hasil surat utang AS, sehingga berpotensi menarik kembali aliran dana asing ke pasar yang menawarkan return lebih tinggi, seperti pasar domestik Indonesia.