sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Sempat Dibuka Hijau, IHSG Kembali Merah Merona

Market news editor Shifa Nurhaliza
29/01/2021 10:20 WIB
IHSG akhirnya mengalami kenaikan usai anjlok 2,12% pada perdagangan kemarin. IHSG dibuka naik 66,88 poin atau 1,1% ke 6.046,27 atau 6.046. 
Sempat Dibuka Hijau, IHSG Kembali Merah Merona (FOTO: MNC media)
Sempat Dibuka Hijau, IHSG Kembali Merah Merona (FOTO: MNC media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mengalami kenaikan usai anjlok 2,12% pada perdagangan kemarin. IHSG dibuka naik 66,88 poin atau 1,1% ke 6.046,27 atau 6.046. 

Namun, pada pukul 09:48 WIB, IHSG kembali mengalami penurunan hingga -48.931 poin atau 0,82% ke level 5.930 menurut data RTI Business.

Pada pukul 09:40 WIB, sektor consumer terpantau merah merona di awal perdagangan hari ini. Saham PT Kino Indonesia Tbk (KINO) turun 90 poin atau 3,80% ke 2280, kemudian saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) juga menurun 150 poin atau 1,60% ke 9200.

Sedangkan saham farmasi, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga ikut alami penurunan hingga 15 poin atau -0,99% ke 1500, pada pukul 09:40 WIB.

Untuk saham perbankan himbara, nyatanya juga mengalami penurunan. Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun -100 poin atau -1,42% ke 6950, kemudain saham bluechips PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) ikut turun -25 poin atau 0,07% ke 34475.

Menurut pengamat pasar modal, Aria Santoso, penurunan ini masih dinilai baik. 

“Kita perhatikan dari awal bulan Januari, IHSG sempat berada itu dari level 6.000 an juga kemudian sempat naik ke 6.500-an. Dan ini mulai disadari juga oleh para investor, bahwa bagaimana defisit grow juga belum terlalu ada peningkatan yang signifikan,” jelasnya dalam program Market Opening IDX Channel, Jumat (29/1/2021)

Aria menjelaskan, menurunnya indeks pasar saham juga dinilai terpengaruh dari bayangan kekhawatiran para investor terkait vaksinasi yang belum terlalu tergambarkan.

“Kita juga dibayangi dengan kekhawatiran performance atau kinerja dari para emiten di tahun 2020. Sementara itu, harapan akan penerapan vaksin juga masih belum terlalu tergambarkan dengan baik, karena memang masih perlu waktu juga untuk pelaksanaannya. Oleh karena itu dalam kondisi seperti ini, sementara para investor juga terjadi penurunan dan tekanan ke pasar,” jelas Aria.

Pengamat pasar modal juga menilai bahwa koreksi yang terjadi saat ini dinilai masih tergolong koreksi sehat.

“Dalam kondisi saat ini sampai dengan akhir Januari, koreksinya masih cukup baik. Karena bagaimana agresif naik yang sudah terjadi selama 3 bulan terakhir itu merupakan satu hal yang menarik bagi para investor jangka pendek untuk bisa melakukan profit taking terlebih dahulu,” tandasnya. (RAMA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement