Sementara itu, volatilitas harga bahan bakar fosil dan tren dekarbonisasi global mendorong negara-negara untuk meningkatkan investasi pada pembangkit listrik baru termasuk dari sumber daya uranium. Kondisi ini dipicu oleh janji China untuk membangun 32 reaktor nuklir lagi pada akhir dekade ini.
Prospek permintaan yang optimis sejalan dengan berkurangnya persediaan bahan bakar nuklir untuk utilitas, mendorong aktivitas pembelian uranium jangka pendek dalam skala besar dan berdampak pada meroketnya harga.
Sebagai informasi, uranium adalah bahan baku yang digunakan untuk menggerakkan reaktor nuklir komersial yang menghasilkan listrik dan menghasilkan isotop yang digunakan untuk keperluan medis, industri, dan pertahanan di seluruh dunia.
Indonesia sendiri juga berambisi membangun teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan Indonesia akan segera mengembangkan PLTN dengan target akan dikomersialkan pada 2032 mendatang.
"Pengembangan tenaga nuklir direncanakan menjadi komersial pada 2032 untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik. Kapasitasnya (PLTN) akan ditingkatkan hingga 9 gigawatt (GW) pada 2060," kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman Parada Hutajulu dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta Pusat pada 16 November 2023.