sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Susul Wall Street, Bursa Saham Asia Ikut Berguguran

Market news editor Viola Triamanda/MPI
19/05/2022 11:53 WIB
Kinerja bursa saham se-Asia turut berguguran seiring dengan merosotnya tiga indeks utama Wall Street pada hari ini, Kamis (19/5/2022).
Susul Wall Street, Bursa Saham Asia Ikut Berguguran. (Foto: MNC Media)
Susul Wall Street, Bursa Saham Asia Ikut Berguguran. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kinerja bursa saham se-Asia turut berguguran seiring dengan merosotnya tiga indeks utama Wall Street pada hari ini, Kamis (19/5/2022). Salah satu sentimen yang menjadi penyebabnya adalah keresahan para investor atas kenaikan inflasi global, kebijakan nol Covid di China serta perang antara Rusia dan Ukraina.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang menghentikan kenaikan empat hari berturut-turut dan merosot sebanyak 2,3 persen. Indeks sumbee daya Australia merugi sebanyak 1,6 persen.

Kemudian Saham Hong Kong turun sebanyak 3,3 persen dan blue chips di daratan Cina turun sebanyak 1 persen. Nikkei Jepang juga tergelincir turun hingga 2,5 persen.

Anjloknya Indeks sebanyak 5 persen pada Kamis pagi membuat raksasa teknologi yang terdaftar di Hong Kong 'shock'. Saham tencent khususnya, setelah melaporkan pertumbuhan pendapatan yang datar pada kuartal pertama, sahamnya kemudian turun lebih dari 7 persen, catatan ini dinilai sebagai kinerja terburuk sejak go public pada tahun 2004.

Kebijakan ketat nol Covid di Beijing membuat sektor teknologi China masih belum pulih. Gejolak ini kemudian ditenangkan oleh pernyataan Wakil Perdana Menteri Liu He kepada eksekutif teknologi telah mendukung sentimen pada hari Rabu.

Wall Street melaporkan pendapatan dari raksasa ritel menambah kekhawatiran bahwa inflasi yang tinggi akan memperlambat pertumbuhan global dengan Target Corp memperingatkan margin yang lebih besar karena kenaikan biaya bahan bakar dan pengiriman. Sebelumnya Walmart Inc juga memperingatkan tekanan margin yang sama.

Saham target anjlok hingga 24,88 persen, ini merupakan persentase penurunan dalam satu hari terbesar sejak tahun 1987.

Market Analyst Hebe Chen menyatakan perkiraan awal yang salah berdampak besar terhadap keraguan pedagang saham.

"Pemantulan pada hari Selasa terbukti 'terlalu optimis', sehingga keraguan diri yang berasal dari salah penilaian hanya membuat pedagang semakin sulit mengklik tombol jual," ucapnya.

Dia juga menyatakan bahwa kekhawatiran terhadap inflasi tidak pernah hilang sejak awal tahun 2022. (TYO)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement