Guna mengejar target produksi 10 juta baja, lanjut Silmy, pihaknya telah menyiapkan peta jalan(roadmap)nya. Dalam skema ini, KRAS juga menargetkan kapasitas iron steel making sebesar 10 juta ton, basic oksigen furnace 10 juta ton, hot strip mill 8 juta ton, pellet mill 2 juta ton, lalu controlling mll 3 juta ton.
"Jadi kalau misalnya ditanya bagaimana roadmap 10 juta ton nya? ini sudah kami siapkan," ungkap dia.
Silmy meyakini aksi korporasi ini akan memperkuat posisi emiten di pasar dalam negeri dan luar negeri. Saat ini, volume impor baja dalam negeri masih tercatat tinggi. Sepanjang 2021 lalu jumlah baja yang diimpor mencapai 5,80 juta ton atau naik 22 persen dibandingkan 2020 yakni 4,76 juta ton.
Kenaikan impor baja di 2021 tak sebanding dengan ekspor yang dilakukan Krakatau Steel sejak kuartal 1-2022. Dimana, hingga Maret tahun ini emiten dengan kode saham KRAS hanya mengekspor 116.000 ton baja saja.
Meski begitu, Silmy mencatat jumlah ekspor itu menjadi rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan baja pelat merah itu. "Di sini dilihat bagaimana perkembangan Krakatau Steel, dan juga di Q1 kita memecahkan rekor untuk ekspor di bulan Maret. Di ekspor, kita 116.000 ton di bulan Maret (2022)," katanya.