Pada kesempatan itu, Budi juga menjelaskan bahwa salah satu masalah besar dalam pembiayaan kesehatan adalah tidak seimbangnya kenaikan belanja dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (GDP).
Dia menggambarkan kondisi ini seperti meminta kenaikan belanja yang selalu lebih tinggi dari kenaikan gaji, yang akhirnya tidak berkelanjutan.
“Kita dulu selalu telat dua tahun untuk mereview belanja kesehatan nasional, itu seperti apa sekarang kita sudah dengan bantuan World Bank setiap tahun kita lakukan track berapa total belanja nasional sekarang tuh Rp614 triliun setiap tahun yang harus dikeluarkan oleh sistem," katanya.
"Yang saya mau kasih catatan di sini, persentase ini yang kita mesti hati-hati. Bahwa pertumbuhan belanja nasional itu selalu di atas pertumbuhan GDP, itu akibatnya itu tidak sustain,” katanya.
Selain itu, Budi menyoroti inflasi tinggi dalam layanan kesehatan di Indonesia, yang terjadi karena informasi yang tidak simetris antara penyedia layanan dan pasien.