Dunia bisnis ikut menyoroti kerentanan nilai tukar sebagai kesulitan ekonomi utama, sementara kelangkaan mata uang asing saat ini dan terus berlangsungnya pembatasan perdagangan menjadi hambatan lain.
Kudeta militer di Myanmar telah memicu pengenaan sanksi-sanksi dari negara-negara Barat, sementara investor asing enggan berbisnis di negara itu karena berbagai aksi demonstrasi dan kerusuhan. Hal ini membuat pasar domestik tidak memberikan profit bagi bisnis. Terus berlanjutnya ketidakstabilan, ditambah gaya memerintah junta militer, juga berkontribusi pada prediksi ekonomi yang suram.
Menurut Assistance Association for Political Prisoners yang berkantor di Thailand, sejak kudeta militer 1 Februari 2021 lalu hampir 3.000 orang meninggal di tangan junta militer.
(DKH)