"Hujan dengan volume luar biasa tersebut jatuh merata di seluruh Sumatera bagian utara termasuk kawasan Hutan Batang Toru, sebuah kawasan hulu dari sungai-sungai utama yang mengalir di Kecamatan Batang Toru, seperti Sungai (Aek) Garoga, Aek Pahu, dan Sungai Batang Toru," kata PTAR.
Lebih lanjut perusahaan menyebut bencana banjir bandang dipicu oleh penyumbatan masif material kayu di Jembatan Garoga I dan II. Ketika sumbatan mencapai titik kritis pada 25 November sekitar pukul 10.00 WIB, dua anak Sungai Garoga bergabung menjadi satu aliran baru yang menerjang Desa Garoga.
PTAR menegaskan, lokasi operasional Tambang Emas Martabe berada di sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Aek Pahu, yang secara hidrologis terpisah dari DAS Garoga. Meski kedua aliran sungai tersebut bertemu, titik pertemuannya berada jauh di hilir dan tidak berhubungan dengan lokasi terdampak.
Meskipun beberapa peristiwa longsoran terpantau di sub DAS Aek Pahu, tidak ada fenomena banjir bandang di sepanjang aliran sungai ini. Hal itu dikarenakan berbeda dengan Sungai Garoga, tidak ditemukan aliran lumpur dan batang kayu yang intensif di Sungai Aek Pahu, yang dapat menjadi pemicu sumbatan masif.