Setelah foto diambil, sistem akan mencocokkan wajah dan data identitas ke database kependudukan milik Dukcapil. Dengan kerja sama ini, wajah pengguna harus sesuai dengan data e-KTP yang tersimpan dalam sistem nasional, termasuk kecocokan NIK dan rekam identitas lainnya.
VIDA juga menggunakan sistem AI dan deep learning untuk mendeteksi berbagai anomali dalam proses verifikasi, seperti gerakan yang tidak natural, penggunaan emulator, pola yang menyerupai device farm, serta karakteristik visual manipulasi AI.
Jika ditemukan kejanggalan, proses verifikasi otomatis dihentikan. Enkripsi berlapis diterapkan untuk menjaga data agar tidak dimodifikasi ditengah proses.
Dia mengeklaim setiap teknologi AI yang dikembangkan VIDA selalu berorientasi pada perlindungan pengguna. Tujuannya bukan mengeksploitasi data masyarakat, melainkan memberikan keamanan.
Niki juga menekankan perlunya kolaborasi antara pemain industri, regulator, dan media untuk meningkatkan awareness dan memperkuat upaya melawan penipuan digital.
"Dengan standar verifikasi identitas yang lebih kuat dan ekosistem yang bergerak bersama, VIDA meyakini keamanan digital masyarakat dapat tetap terjaga ditengah pesatnya perkembangan teknologi generative," kata dia.
(NIA DEVIYANA)