A: Untuk kondisi domestik, Saya yakin dengan apa yang telah disampaikan pemerintah, melalui Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani, lalu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bapak Airlangga Hartarto, dan juga yang lain, bahwa pengaruh dari kondisi di luar (negeri) tentunya ada dan nyata, hanya saja secara fundamental perekonomian kita sangat kuat. Probabilitas terkait ancaman resesi di kita juga masih sangat rendah dibanding negara-negara Eropa. Walaupun mungkin sebagian pihak cukup meragukan klaim itu. Tidak masalah juga.
Tapi cara melihatnya, bahwa klaim pemerintah itu tidak sekadar bluffing atau retorika, menurut Saya cukup mudah. Bahwa kondisi Indonesia saat ini sebetulnya sangat diuntungkan dengan harga komoditas yang melonjak cukup tinggi. Dari sana Indonesia mendapatkan windfall profit yang juga lumayan membantu secara fiskal, sehingga ada ruang yang cukup bagi pemerintah dalam mengendalikan atau mempertahankan stabilitas harga-harga barang yang berpotensi melonjak seiring terganggunya pasokan. Jadi sebetulnya di satu sisi, meski di tengah banyak tekanan, kondisi ini bisa membuat ekonomi Indonesia jauh lebih stabil.
Q: Apakah keyakinan ini yang menjadi dasar Bank Indonesia (BI) sehingga cukup percaya diri bahwa suku bunga acuan belum perlu dinaikkan? Apakah menurut BNP Paribas Asset Management sendiri, kebijakan mempertahankan suku bunga ini sudah tepat? Ataukah seperti keinginan sejumlah pelaku pasar, bunga memang perlu dinaikkan?
A: Memang betul bahwa secara kebutuhan pasar, memang (suku bunga BI) sangat perlu untuk dinaikkan. Karena Saya kira concern seluruh bank sentral di dunia saat ini semuanya sama, yaitu bagaimana sebisa mungkin mengendalikan laju inflasi. Itu tantangan mereka semua saat ini. Dan Saya lebih cenderung menggunakan kata ‘mengendalikan’, bukan ‘menurunkan’, karena kalau inflasi terlalu turun juga tetap ada konsekuensi lanjutannya.
Nah, kebutuhan seluruh bank sentral dalam menaikkan bunga memang untuk itu, yaitu mengendalikan inflasi. Seperti yang dilakukan The Fed di AS, di mana tekanan inflasi di sana memang sudah sangat tinggi. Di Juni kemarin mencapai 9,2 persen, sehingga memang perlu sekali kenaikan suku bunga demi menjaga agar inflasi tidak naik lebih tinggi lagi, karena itu akan sangat berbahaya untuk ekonomi domestik mereka. Akan berpengaruh ke purchasing power mereka juga. Dengan menaikkan suku bunga, AS ingin menjaga agar secara demand tidak naik terlalu tinggi, sehingga keseimbangan antara supply dan demand dapat kembali terbentuk.