sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Interview with Leaders: Menguji Kekuatan Indonesia di Tengah Volatilitas Perekonomian Global

Economia editor Taufan Sukma/IDX Channel
08/08/2022 07:16 WIB
Alih-alih saling bekerjasama mengubah kondisi pandemi menjadi endemi, kini publik internasional justru kembali dihantam masalah baru soal perang yang berkecamuk
Interview with Leaders: Menguji Kekuatan Indonesia di Tengah Volatilitas Perekonomian Global (foto: MNC Media)
Interview with Leaders: Menguji Kekuatan Indonesia di Tengah Volatilitas Perekonomian Global (foto: MNC Media)

Tapi dengan belum menaikkan suku bunga, bukan berarti BI belum melakukan apa-apa. Sudah banyak upaya yang dilakukan BI untuk mengurangi likuiditas uang beredar yang ada di pasar. Mereka justru Saya lihat lebih intens melakukan operasi pasar, yaitu dengan menaikkan GWM (Giro Wajib Minimum-red). Itu di satu sisi. Di sisi lain, seperti yang juga telah dipaparkan oleh BI, mereka juga secara aktif melakukan penjualan obligasi yang mereka miliki ke pasar.

Inilah cara mereka menyerap likuiditas berlebih, sehingga meskipun seven days repo rate mungkin tetap berada di level 3,5 persen, belum ada perubahan, tapi dari sisi year curve-nya kalau dilihat sekarang Indonesia itu melakukan penjualan surat utang yang mereka miliki di kisaran tenor satu sampai lima tahun. Jadi nanti kalau dilihat year curve akan naik, dan itu jangka pendek. Di satu sisi suku bunga jangka pendeknya juga naik, meski mungkin (suku bunga) yang seven days repo-nya tidak naik.

Jadi memang ada banyak cara untuk dapat melawan kenaikan inflasi. Intinya adalah mengurangi likuiditas yang berlebih di pasar, tapi caranya bisa berbeda-beda. Banyak bank sentral lain mungkin memilih menaikkan suku bunga acuannya, sedangkan BI lebih pada operasi pasar yang dijalankan.

Q: Kenapa BI lebih memilih operasi pasar dengan menaikkan GWM dan menjual obligasi yang dimilikinya ke pasar ketimbang secara langsung menaikkan suku bunga acuan, dalam hal ini seven days repo rate? Adakah dampak yang sedang diantisipasi oleh BI, misal dampak psikologis di masyarakat atau dampak lanjutan (domino effect), yang mungkin akan terjadi bila sampai suku bunga benar-benar dinaikkan?

A: Memang pengamat, atau pelaku pasar di seluruh dunia kerap melihatnya secara pragmatis saja, bahwa ketika inflasi naik maka suku bunga acuan harusnya juga naik. Skema itu mungkin pas untuk negara-negara lain. Tapi untuk kasus Indonesia, karena likuiditasnya itu sangat banyak, dan kita juga masih masuk dalam siklus pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 sehingga kita ingin semua sektor ekonomi ini bergeliat bersama, maka dengan menaikkan suku bunga itu juga cukup dilematis dan kurang bijak karena akan berdampak kurang bagus pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement