sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Apa yang Dimaksud dengan Gaya Hidup Konsumtif? 5 Faktor Penyebab Konsumerisme

Economics editor Kurnia Nadya
22/03/2024 15:18 WIB
Gaya hidup konsumtif atau konsumerisme adalah perilaku konsumtif yang berlebihan dan impulsif, cenderung tidak memikirkan dampak masa depan.
Apa yang Dimaksud dengan Gaya Hidup Konsumtif? 5 Faktor Penyebab Konsumerisme. (Foto: MNC Media)i
Apa yang Dimaksud dengan Gaya Hidup Konsumtif? 5 Faktor Penyebab Konsumerisme. (Foto: MNC Media)i

IDXChannel—Apa yang dimaksud dengan gaya hidup konsumtif? Konsumerisme diartikan sebagai perilaku konsumtif yang berlebihan dalam mengeluarkan uang untuk membeli suatu barang dan jasa. 

Gaya hidup konsumtif ditandai dengan perilaku impulsif dalam membelanjakan uang, cenderung mudah terpengaruh tren (FOMO), dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan besaran pemasukan. 

Seseorang yang konsumtif tidak mampu memikirkan rencana jangka panjang, maupun dampak jangka panjang atas konsumsi berlebihan di masa kini. Mereka juga cenderung mudah membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang kurang penting. 

Gaya hidup konsumtif yang tidak segera dikendalikan, berpotensi pada kerugian di masa mendatang, kondisi keuangan yang bermasalah, dan sulit berkembang karena uang terus menerus dihabiskan tanpa sisa. 

Mengapa orang bisa memiliki gaya hidup yang konsumtif? Konsumerisme terbentuk salah satunya dari kemajuan teknologi dan perkembangan ekonomi di sekitar. Mengutip OCBC NISP (22/3), berikut faktor penyebab gaya hidup konsumtif. 

Gaya Hidup Konsumtif di Era Modern dan Faktor Penyebabnya 

1. Kemajuan Teknologi 

Kemunculan e-commerce adalah hasil kemajuan teknologi yang dicapai oleh peradaban manusia dalam waktu singkat. Satu dekade silam, media sosial hanya berfungsi sebagai platform bersosialisasi. 

Namun beberapa tahun kemudian, pengguna media sosial mulai memanfaatkan platform untuk berdagang dan memasang iklan. Hingga pada akhirnya media sosial mulai menyediakan opsi akun bisnis bagi pelaku usaha. 

Sebelum muncul e-commerce, masyarakat berbelanja online melalui forum jual beli di platform media sosial seperti Facebook dan situs seperti Kaskus. Namun setelah Tokopedia muncul, orang-orang makin mudah berbelanja secara online. 

Ditambah lagi kemunculan aplikasi transportasi yang menyediakan layanan pesan antar makanan. Semakin mudah orang membeli makanan sehari-hari. Apalagi, pada masa-masa awal kemunculan aplikasi-aplikasi ini, penyedia jasa menawarkan diskon besar-besaran. 

Bahkan sampai hari ini, e-commerce masih menawarkan beragam diskon untuk belanja murah. Namun belanja murah ini pada akhirnya mendorong konsumen untuk berbelanja di luar batas kewajaran. 

Kemunculan skema pembayaran dengan paylater pun hasil kemajuan teknologi yang pada akhirnya mendorong konsumen untuk terus menerus berbelanja tanpa memikirkan pengaturan keuangan. 

2. Budaya Pop 

Tersebarnya budaya pop dari negara-negara lain turut mempengaruhi gaya hidup konsumtif. Berkat keterbukaan informasi di internet, orang dengan mudah menemukan tren yang tengah berkembang di negara lain, lantas menirunya di negaranya sendiri. 

Perhatikanlah, banyak makanan yang naik daun bermula dari tren yang berasal di negara lain. Selain makanan, banyak hal-hal yang datang dari budaya pop negara-negara lain yang akhirnya dikonsumsi oleh masyarakat negara lainnya. 

3. Media Sosial 

Orang makin aktif dan rutin menghabiskan waktu di media sosial. Platform media sosial adalah wadah yang sangat efektif dalam menyebarluaskan informasi apa pun, termasuk di antaranya tren. 

Tren yang muncul dan viral di media sosial berpotensi besar menimbulkan fenomena FOMO (Fear of Missing Out) di kalangan masyarakat. Hal ini diperparah dengan kemunculan influencer yang dengan mudah dapat mempengaruhi orang untuk ikut-ikutan. 

Inilah mengapa produk makanan baru dan barang-barang konsumtif lainnya bisa begitu cepat dikenal luas. Hingga akhirnya muncul FOMO, semua orang merasa perlu mencoba dan memiliki barang agar tidak ketinggalan. 

4. Gengsi Tinggi 

Gaya hidup konsumtif juga disebabkan oleh faktor internal, salah satunya adalah rasa gengsi yang tidak sesuai dengan kemampuan finansial. Kombinasi antara keterbukaan informasi, fenomena FOMO, peer pressure, dan barang-barang tersier yang diproduksi dengan cepat, dapat membuat seseorang merasa gengsi jika tidak mengikuti arus. 

Gengsi bila menggunakan handphone lawas, gengsi bila berpergian dengan transportasi umum, gengsi bila tidak ikutang nongkrong di tempat-tempat hits, gengsi bila tidak memakai pakaian yang up to date, dan sebagainya. 

Pada akhirnya, rasa gengsi ini membuat orang rela untuk mengeluarkan uang demi hal-hal yang tidak produktif. Rasa gengsi juga berpotensi membuat orang untuk merasa bahwa mereka membutuhkan validitas dari hal-hal yang kurang bermakna. 

5. Hedonisme Era Modern

Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan atau kenikmatan adalah tujuan utama hidup manusia. Pada era modern ini, hedonisme dikaitkan dengan kemewahan, gaya hidup berlebihan, dan konsumerisme

Seseorang bisa menjalani hidup hedonisme tanpa sadar. Karena lingkungan di sekitarnya menunjukkan konsumerisme, baik lingkar pergaulan maupun media sosial, akhirna ia terpengaruh untuk mengira bahwa kesenangan adalah hal utama yang mesti dikejar. 

Itulah penjelasan singkat tentang apa yang dimaksud dengan gaya hidup konsumtif dan faktor-faktor penyebabnya. (NKK)

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement