sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Bagaimana Prospek Perekonomian di Asia Tenggara pada 2023? 

Economics editor Dian Kusumo
29/12/2022 11:45 WIB
Perekonomian Asia Selatan dan Tenggara mengalami tantangan pada 2022, tahun di mana ekonomi global diprediksi pulih dari dampak buruk pandemi COVID-19.
Bagaimana Prospek Perekonomian di Asia Tengga pada 2023? (Foto: MNC Media)
Bagaimana Prospek Perekonomian di Asia Tengga pada 2023? (Foto: MNC Media)

Pencabutan pembatasan COVID-19 untungkan Cina?

Cina, ekonomi terbesar di kawasan ini, juga diperkirakan akan mencatat pertumbuhan yang lebih lambat pada tahun 2023. ADB belum lama ini memangkas proyeksi pertubuhan negara tersebut menjadi 4,3 persen dari prakiraan sebelumnya 4,5 persen.

Beijing telah berusaha untuk mendorong pertumbuhan, dengan memangkas suku bunga utama dan memompa uang tunai ke dalam sistem perbankan. Selain itu, Cina juga tidak lagi memberlakukan kebijakan nol COVID. Sementara beberapa pembatasan tetap diberlakukan, ada harapan ketika Cina mencabut aturan yang ketat, permintaan domestik akan bangkit kembali di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Langkah itu juga akan membantu ekonomi beberapa negara Asia Tenggara yang terutama bergantung pada sektor pariwisata, seperti Thailand. "Kedatangan turis ke negara-negara ASEAN jumlahnya masih jauh dari masa pra-COVID karena kurangnya turis Cina," kata Garcia-Herrero. "Meskipun kami tidak mengharapkan turis Cina untuk kembali ke ASEAN sebanyak sebelum COVID, orang akan berharap bahwa akan ada peningkatan jika Cina kembali dibuka."


Mungkinkah ekonomi India melawan tren?

India, ekonomi terbesar kedua di kawasan itu, juga menghadapi kesulitan di tengah kenaikan tingkat suku bunga dan perlambatan perdagangan global. Kenaikan harga minyak mentah dan gas juga berkontribusi terhadap memburuknya neraca perdagangan.

"Ekspansi ekonomi yang berkelanjutan dengan laju 5,3 persen tahun-ke-tahun diperkirakan untuk tahun fiskal 2023-24, dengan pengaturan kebijakan moneter yang lebih ketat dan permintaan eksternal yang lebih lemah bertindak sebagai penghambat pertumbuhan ekonomi," kata Kepala Ekonom Asia Pasifik di S&P Global Market Intelligence Rajiv Biswas.
Garcia-Herrero mengatakan, India menghadapi beberapa tantangan di tahun mendatang, merujuk pada kondisi likuiditas yang lebih ketat, ekspor yang melemah, dan momentum pertumbuhan yang melambat.

"Kami memperkirakan pertumbuhan PDB India melambat menjadi 6,3 persen tahun-ke-tahun pada 2023 dari kisaran 6,9 persen pada 2022," katanya.

Perusahaan lakukan diversifikasi dari Cina

Para ahli mengatakan, perusahaan akan terus mendiversifikasi investasi mereka menjauh dari Cina pada tahun 2023, untuk menghindari gangguan rantai pasokan yang terjadi tahun 2022 dan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara Beijing dan Barat. Beberapa negara 
ASEAN kemungkinan akan mendapat manfaat dari tren ini.

"Total data arus masuk FDI, yang tidak hanya mencakup aliran M&A lintas batas, tetapi juga investasi greenfield, menunjukkan lonjakan investasi asing langsung ke India, Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Vietnam pada tahun 2022,” kata Garcia-Herrero.

"Kami memperkirakan tren ini akan berlanjut bahkan ketika Cina secara bertahap mencabut pembatasan nol-COVID, memberikan dorongan tidak hanya aliran masuk modal, tetapi juga naiknya permintaan karyawan baru ke kawasan ASEAN dan India."

(DKH)

Halaman : 1 2 3 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement